Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ini Sebabnya Sesekali Kita Harus Merasakan Kalah

8 Desember 2022   20:46 Diperbarui: 11 Desember 2022   14:20 1054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menerima kekalahab (Sumber Gambar: Freepik.com)

Mengapa sesekali kita harus merasakan kalah? Ada baiknya agar kita tidak melulu menganggap kalah selalu buruk dan negatif. Banyak nilai positif yang bisa diambil dari balik sebuah kekalahan.

Saat ini perhatian dunia olahraga khususnya sepak bola sedang tertuju ke satu negara padang pasir, yaitu Qatar. Sedang berlangsung perhelatan akbar di sana, perebutan Piala Dunia.

Kompetisi empat tahunan ini sukses memberi banyak kejutan. Diantaranya tim Jepang yang berhasil menaklukkan tim besar seperti Jerman dan Spanyol di fase grup.

Sementara yang teranyar, tim dari Afrika yang mungkin tidak banyak diperhitungkan yaitu Maroko, mampu mengalahkan Spanyol pada babak 16 besar.

Buat rumah bersama kita Kompasiana, kita juga baru melewati satu perhelatan yang telah dua tahun sebelumnya hanya mampu diselenggarakan secara online. yakni ajang kopi darat Kompasianival.

Dalam perhelatan sekali dalam setahun ini, diberikan juga penghargaan kepada Pemenang Kompasiana Awards. Pemenang ditentukan berdasarkan banyak-banyakan vote yang dikumpulkan para nominee selama beberapa hari pengumpulan.

Ilustrasi Timnas Spanyol saat adu penalti di laga 16 besar Piala Dunia 2022 versus Maroko, Selasa (6/12/2022) (c) AP Photo/Luca Bruno via bola.net
Ilustrasi Timnas Spanyol saat adu penalti di laga 16 besar Piala Dunia 2022 versus Maroko, Selasa (6/12/2022) (c) AP Photo/Luca Bruno via bola.net

Dari 30 nominee, terpilih 6 nominee sebagai pemenang Kompasiana Awards 2022. Sementara 24 lainnya belum beruntung, atau bisa dikatakan kalah dalam pengumpulan vote.

Kehidupan manusia tak ubahnya seperti roda yang berputar. Ada masanya di atas, ada masanya di bawah. Ada saatnya berhasil, ada saatnya gagal. Ada waktunya sehat, ada waktunya sakit. Ada pula kalanya memang, ada kalanya kalah.

Kekalahan dan kemenangan merupakan bagian dari fase kehidupan yang sebaiknya pernah kita rasakan.

Kemenangan memang sering kali menjadi sesuatu yang diharapkan, karena membawa sukacita dan memberi kebanggaan tersendiri. Namun, kalah juga bisa menjadi sesuatu yang disyukuri, bila kita bisa melihat nilai-nilai positif di balik sebuah kekalahan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI.web.id, ada 4 arti kata kalah:

  • tidak menang atau dalam keadaan tidak menang (dalam perkelahian, perang, pertandingan, pemilihan, dan sebagainya); dapat diungguli lawan
  • kehilangan atau merugi karena tidak menang
  • tidak lulus (dalam ujian)
  • tidak menyamai; kurang dari; tidak sebesar; tidak sekuat

Berikut adalah beberapa nilai positif di balik sebuah kekalahan.

1. Mengajarkan kerendahan hati

Dalam KBBI, rendah hati berarti hal (sifat) tidak sombong atau tidak angkuh. Sementara Gramedia.com menyimpulkan bahwa pada dasarnya, sikap rendah hati merupakan sikap di mana seseorang tidak merasa sombong mengenai apa yang dia miliki. Hal tersebut bisa berupa harta benda, kecerdasan, maupun status yang orang tersebut punya.

Sebuah website kesehatan sehatq.com menyebutkan rendah hati sebagai sikap sederhana terhadap peran diri sendiri, tidak melebih-lebihkan dan menganggap lebih hebat dari orang lain.

Ketika kita kalah entah dalam dalam satu perlombaan atau pertandingan, kita diajarkan kerendahan hati dalam banyak hal.

Antara lain, kerendahan hati umtuk menyadari bahwa diri kita dengan apa yang kita miliki belum layak untuk menang. Bahwa kita masih memiliki keterbatasan dalam kemampuan diri.

Tak hanya itu, dengan kekalahan kita juga diajak untuk menyadari bahwa kita tidak lebih hebat dari orang lain. Kita diingatkan pada kenyataannya masih banyak orang lain di luar kita yang lebih layak untuk memperoleh kemenangan. Sebuah peribahasa berkata, di atas langit masih ada langit. 

Bukan itu saja, melalui kekalahan, kita diajarkan agar memiliki kerendahan hati untuk ikut bersukacita atas kemenangan orang/pihak lain, dan memberi selamat kepada mereka.

Sekalipun ada rasa kecewa yang memang manusiawi, kita diajarkan untuk mengubur rasa itu dan ikut bergembira bersama pemenang.

Rendah hati bukanlah suatu sifat yang dibawa manusia sejak lahir. Ada tidaknya sifat rendah hati pada seseorang bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain pola asuh dalam keluarga, lingkungan, dan pasang surut perjalanan kehidupan.

Kabar baiknya, sifat rendah hati bisa dipelajari, dilatih dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semua bergantung pada ada tidaknya kemohauan dari seseorang untuk memiliki sifat yang baik ini.

2. Introspeksi diri

Ketika kalah dalam sebuah pertandingan, alih-alih mengutuki banyak hal atau pihak lain atas kekalahan kita, alangkah baiknya kita memanfaatkan momen ini menjadi momen untuk melakukan kilas balik.

Hal ini merupakan salah satu nilai positif yang sangat berharga di balik sebuah kekalahan, yakni introspeksi diri.

Menurut hellosehat.com, introspeksi diri adalah berpikir serius dan cermat atau merenungkan tentang karakter, perilaku, emosi, dan motif yang ada pada diri sendiri.

Introspeksi diri juga berarti bahwa kita mencoba memahami diri sendiri pada tingkat yang lebih dalam. Ini termasuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang berhasil pada diri kita dan yang tidak, serta kelebihan dan kekurangan kita. 

Saat melakukan introspeksi, kita akan melihat ke belakang mengenai hal-hal yang kita lakukan pada masa lalu, yang merefleksikan hidup kita hingga saat ini. 

Dalam kilas balik tersebut, kita dapat mengoreksi semua kesalahan yang mungkin kita sadari atau tidak, telah kita lakukan sebelumnya.

Mungkin selama ini kita merasa benar dengan semua pola pikir kita. Mungkin kita merasa sudah melakukan yang terbaik, padahal ternyata jauh dari kata baik.

Evaluasi inilah yang kemudian menjadi pembelajaran bagi kita untuk menentukan pola pikir dan perilaku yang lebih baik di masa depan, terlebih mengubah tindakan menjadi lebih baik untuk memenangi berbagai pertandingan berikutnya dalam perjalanan kehidupan.

3. Mengajak untuk menggali potensi diri

Merasa kalah tidak harus berada dalam sebuah pertandingan. Berdasarkan arti kata kalah dalam KBBI, perasaan kalah juga bisa muncul ketika kita merasa tidak bisa menyamai orang lain, atau bisa juga diartikan tidak memiliki kelebihan seperti yang orang lain miliki. 

Misalnya, seorang gadis kecil yang merasa kalah dari seorang kakaknya yang selalu menjadi juara umum di sekolah. Sementara si gadis kecil menemui banyak kesulitan bahkan hanya untuk masuk peringkat sepuluh besar di kelas.

Namun, si gadis kecil akhirnya mampu melihat dan menggali potensi dalam dirinya yang berbeda dari kakaknya. Si gadis kecil ternyata memiliki kemampuan seni musik yang luar biasa.

Hanya dengan mendengar alunan musik sebuah lagu, si gadis kecil langsung dapat memainkan jari-jarinya melantunkan nada-nada lagu tersebut dengan indah menggunakan sebuah keyboard.

Seiring berjalannya waktu, si gadis kecil mampu mengembangkan kemampuan seninya dengan baik, dan akhirnya mampu mengukir prestasi di bidang musik.

Seandainya setiap orang menyadari hal ini, bahwa setiap manusia diciptakan dengan potensi dan talenta yang berbeda-beda, tidak akan ada manusia yang merasa kalah. Setiap kita bisa menjadi pemenang di bidang dan dalam kemampuan serta potensi kita masing-masing.

4. Mengajak berpikir rasional

Saat anak saya TK dulu, pihak sekolah beberapa kali mengadakan perlombaan pada momen-momen tertentu. Salah satunya perlombaan peragaan pakaian adat daerah pada peringatan Hari Kartini.

Beberapa hari sebelum perlombaan digelar, beberapa orangtua murid berinisiatif untuk membeli piala sendiri. Piala ini dimaksudkan untuk berjaga-jaga.

Jika ternyata anak mereka kalah dalam perlombaan tersebut, maka mereka akan memberikan piala yang sudah dibeli itu untuk membuat anak-anak mereka senang. Agar anak-anak mereka tidak kecewa dan tidak merasa kalah.

Saya sendiri tidak mau ketika diajak untuk ikut membeli piala. Saya katakan bahwa saya sudah mengajarkan anak saya untuk siap menang dan siap kalah. 

Menang dan kalah dalam sebuah pertandingan merupakan keniscayaan dan adalah sesuatu yang rasional. Dalam satu pertandingan atau permainan, sudah dapat dipastikan akan ada pihak yang menang dan pihak yang kalah. Tidak mungkin semua main dan semua menang, atau semua main dan semua kalah.

Ajakan untuk bepikir rasional ini bukan hanya wajib diajarkan kepada anak sedari dini, orang dewasa sekalipun wajib belajar hal ini.

Ketika ada dalam sebuah perlombaan, sebaiknya kita mempersiapkan mental baik untuk menang maupun untuk kalah. Sehingga ketika kita menang kita tidak senang secara berlebihan, dan ketika kalah, tidak akan muncul rasa kecewa yang berlebihan pula.

Sebagian orang mungkin menganggap kekalahan sebagai sebuah kegagalan. Namun, ketika kita mau melihat nilai-nilai positif di balik sebuah kekalahan, maka kita akan mampu menggunakan kekalahan menjadi sebuah awal dari kemenangan berikutnya.(MW).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun