Padahal Bu Min dan suaminya tidak pernah membicarakan perihal harta kepada anak-anaknya termasuk Rano.Â
Melihat kasus ini, apakah Rano tidak pernah berpikir, bahwa perkataannya itu bisa saja sangat menyakiti hati ibunya. Bagaimana bisa seorang anak mengklaim rumah ibunya, sementara ibunya tidak pernah memberikan kuasa, dan ibunya masih tinggal di dalam situ?
Lalu, apakah Rano juga tidak berpikir, bila dia berkuasa atas rumah, lalu kakak-kakaknya yang lain bagaimana? Bukankah ini pemikiran yang sangat egois? Hanya memikirkan kepentingannya sendiri tanpa peduli orang lain termsauk ibu dan saudara-saudaranya.
Ketika berbicara tentang harta orangtua, tidak peduli anak sulung, anak bungsu, anak laki-laki, atau anak perempuan, sudah sepantasnya pikiran rasional yang dikedepankan. Jangan sampai menyenangkan satu pihak, tetapi menyakiti pihak lainnya.
Saya ingat, sewaktu masih sekolah dulu, ayah saya berulang-ulang mengingatkan kami anak-anaknya, kira-kira begini,
"Kami orangtua tidak menjanjikan harta warisan apapun. Harta warisan yang kami berikan kepada kalian adalah pendidikan. Makanya, sekolahlah yang benar selama kami masih mampu membiayai. Pendidikan itulah yang nantinya menjadi modal penghidupan kalian, bukan harta orangtua."(MW)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H