Lalu bagaimana bila si anak ternyata suka atau tertarik dengan tenan lawan jenisnya?Â
Mari kita sebagai orangtua jelaskan, bahwa menyukai seseorang itu wajar dan manusiawi.Â
Saat remaja hingga dewasa, pasti akan hilir mudik orang yang kita sukai. Namun, tidak mungkin semua yang kita sukai kita pacarin, kan? Contoh, bagaimana kalau kita suka dengan seorang artis Korea, apakah harus kita pacarin juga? Kan nggak toh. Jadi, sekadar suka tidak apa-apa.Â
Tak hanya itu, mari kita orangtua jelaskan pula kepada anak-anak kita bahwa pacaran tidak ada hubungannya dengan motivasi belajar. Karena motivasi belajar atau semangat belajar itu datang dari diri sendiri, bukan karena pacaran.Â
2. Membangun dan kontinu berkomunikasi
Saya dan anak laki-laki saya cukup dekat. Setiap pulang sekolah, sembari makan, saya ajak dia mengobrol. Tema obrolan biasanya datang dari saya. Perihal pelajaran, sekolah, dan teman-temannya menjadi topik utama.Â
Saat mengobrol saya menempatkan diri sebagai seorang temannya. Jadi tidak dengan gaya interogasi ataupun menuntut. Di tengah-tengah obrolan, biasanya akan saya selipkan satu dua nasihat.Â
Anak menginjak usia remaja umumnya akan lebih pendiam dari masa kanak-kanak. Terlebih sekarang sudah ada gadget, perhatian mereka lebih pada gadget.Â
Oleh karena itu, inisiatif mengobrol harus datang dari orangtua.Â
Bersyukur dengan cara seperti ini anak saya mau terbuka menceritakan apa saja.Â
Harapan saya dengan sering mengobrol, selalu ada keterbukaan dan tidak ada yang anak saya sembunyikan. Saya pun berharap bisa terus memantau perkembangannya, termasuk hal-hal yang berbau pacaran.Â