Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Semangkuk Brenebon Lezat dari Kelas Delapan

17 November 2022   16:18 Diperbarui: 17 November 2022   16:22 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilusttrasi brenebon ((SHUTTERSTOCK/ERLY DAMAYANTI via Kompas.com)

Siang itu, gawaiku berdering. Rich, anak lelakiku yang sedang berada di sekolah menelepon.

"Mama, masak sup kacang merah itu gampang kan, Ma?" tanya Rich begitu hubungan kami tersambung.

"Iya, gampang, " jawabku refleks.

Sup kacang merah yang dimaksud Rich adalah Brenebon, salah satu menu favorit keluarga kami.

Brenebon sendiri merupakan makanan tradisional nusantara khas Indonesia Timur, khususnya Minahasa dan Maluku. Masakan ini berasal dari pengaruh masakan Belanda yang diadopsi oleh masyarakat Indonesia bagian timur.

Nama "brenebon" merupakan pengucapan lokal Manado yang berasal dari Bahasa Belanda, yaitu bruine bonen; bruine berarti "warna coklat", sementara bonen berarti "kacang", maka bruine bonen berarti "kacang merah".

Hidangan sup ini dibuat dari kacang merah dan sayuran yang disajikan dalam kuah kaldu daging, dengan campuran rempah-rempah sebagai bumbu.

"Tetapi merebus kacang merah dan daging itu tidak bisa sebentar," terangku pada Rich.

"Butuh waktu 2 hingga 3 jam," lanjutku lagi.

"Apakah bumbunya banyak, Ma?" tanya Rich lagi. Di belakang terdengar suara riuh teman-temannya. Sepertinya mereka sedang berada dii dalam kelas.

"Tidak," jawabku cepat. "Bumbunya sederhana saja. Hanya bawang putih, pala, lada, cengkih dan garam,"

"Oh, ok, ok, kalo gitu, Ma. Udah dulu ya, Ma, daaa, " Rich langsung menutup teleponnya, tanpa memberiku kesempatan bertanya. Padahal aku penasaran buat apa anakku bertanya cara memasak Brenebon. Ah, dasar anak-anak.

***

Rasa penasaranku terjawab saat Rich tiba di rumah sepulang dari sekolah. Guru mata pelajaran prakarya di kelas delapan, menugaskan Rich dan teman-temannya memasak dan menyajikan beberapa hidangan. Terdiri dari satu hidangan utama, satu menu makanan kecil, dan satu minuman. Kegiatannya di sekolah, tetapi persiapannya boleh dilakukan di rumah.

Rich dan teman-temannya dibagi dalam beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari delapan hingga sembilan siswa.

"Teman satu kelompok kamu siapa saja?" tanyaku ingin tahu.

"Rich, Stevani, Angel, Vita, Rennatha, Cleo, Raffi, Austin, dan Boanerges," Rich menyebutkan nama-nama siswa dalam kelompoknya. Beberapa nama diantaranya sudah sering aku dengar. Bahkan Stevani adalah teman Rich sejak balita. Mereka satu sekolah sejak TK, SD, hingga SMP kini.

"Jadi mau masak brenebon?" tanyaku lagi.

"Iya, jadi. Selain brenebon, nanti juga ada kentang goreng dan jus jagung yang akan disiapkan teman-teman Rich," jawab Rich.

"Berarti kacang merah dan dagingnya direbus dulu di rumah. Tidak apa-apa?"Aku takutnya guru prakarya tidak memperbolehkan. 

"Iya, tidak apa-apa," jawabnya.

***
Senin sore, minggu berikutnya, aku mulai mempersiapkan bahan-bahan untuk brenebon. Selasa besok menjadi hari kegiatan tugas memasak Rich dan teman-temannya. Malam Minggu yang lalu, aku sudah berbelanja bahan-bahan yang diperlukan.

Pertama aku mencuci bersih 350 gram kacang merah. Lalu aku mengambil panci dan menuang air hingga sampai sebatas setengah panci. Kemudian aku masukkan kacang merah ke dalam panci. Lalu aku rebus di atas kompor menggunakan api sedang.

Berikutnya, aku membersihkan 300 gram daging paha sapi utuh belum dipotong-potong, dan 200 gram tetelan. Tetelan merupakan sisa daging yang melekat di tulang, terdiri dari campuran daging, urat dan lemak, sangat cocok untuk campuran sup.

Lalu aku nerebus keduanya di panci terpisah dari kacang merah. Takaran air untuk merebus daging dan tetelan aku kira-kira saja. Asal tidak sampai kering saat dimasak. Kalaupun air rebusannya hampir habis sementara daging belum lembut, aku bisa menambahkan air lagi.

Sembari merebus, aku menyiapkan bumbu-bumbu. Terdiri dari 8 siung bawang putih, 1 buah pala, beberapa sendok teh garam yang aku masukkan ke dalam plastik kecil, 5 butir cengkih dan 1 bungkus lada bubuk kemasan. Semua bumbu tersebut aku masukkan ke dalam satu kantung plastik.

Dalam persiapan ini aku mengajak Rich untuk melihat caraku menyiapkan dan memasak kacang merah, daging serta tetelan. Aku juga menjelaskan kepada Rich aneka bumbu brenebon yang sudah aku siapkan. Aku ingin Rich tidak bingung besok saat memasak di sekolah.

"Bawang putihnya banyak juga ya, Ma?" tanya Rich sambil melihat ke bumbu-bumbu yang tengah aku siapkan.

"Iya, bawang putihnya memang harus banyak, agar rasa dan aroma rempah dari supnya lebih kuat, " jelasku.

"Nah, Rich sudah mengerti cara memasaknya, kan? Ayo kita tulis di handphone Rich, agar tidak ada yang terlupa," ajakku.

Rich pun mengambil handphonenya, dan aku mendikte cara memasak brenebon.

"Pertama, kupas bawang putih, cuci bersih, lalu haluskan bersama 1 buah pala. Kemudian kupas wortel dan iris sesuai selera. Begitu pula dengan daun bawang, iris tipis,"

"Kedua, rebus air sebanyak setengah panci. Begitu mendidih, masukkan bumbu yang telah dihaluskan. Setelah aroma bumbu tercium, lanjut masukkan kacang merah, daging, tetelan, dan kuah kaldu sisa rebusan daging. Masak 10 sampai 15 menit hingga bumbu meresap."

"Ketiga, masukkan wortel, dan 5 butir cengkih. Terakhir tambahkan 1-2 sendok teh garam, dan 1 sendok teh lada bubuk."

"Ingat ya Rich, kalau setelah dicicipi ternyata kurang asin, tambahkan garam. Namun, menuangkan garam harus sedikit-sedikit agar tidak keasinan. Dan jika kurang pedas, tambahkan lada bubuk, sedikit-sedikit juga agar tidak terlalu pedas," aku menerangkan secara detail.

"Keempat, setelah wortel matang dan lembut, masukkan daun bawang, kemudian matikan api. Brenebon siap disajikan dengan hiasan seledri dan taburan bawang goreng, " terangku mengakhiri sesi dikte cara memasak brenebon.

***

Hampir tiga jam setelahnya, kacang merah dan daging yang kurebus akhirnya matang dan lembut. Rencananya besok pagi-pagi sekali, aku akan memanaskan kembali kacang merah dan daging, aku tiriskan, baru aku bungkus dalam wadah-wadah plastik untuk dibawa ke sekolah.

Selasa pagi, pukul 3.30 dini hari aku sudah bangun. Langsung menuju dapur dan segera memanaskan kacang merah. Sementara untuk daging, sebelum aku memanaskannya, aku pisahkan dulu dari gajih yang membeku di atas kuah kaldu. Gajih tersebut aku buang karena kurang baik buat kesehatan. Kemudian daging paha sapi aku suwir-suwir, baru setelah itu aku panaskan.

Sembari kompor menyala, aku mencuci 3 buah wortel dan 2 batang daun bawang, lalu aku masukkan ke dalam wadah plastik.

Aroma kacang merah dan daging rebus pun memenuhi dapur. Hmm, aku membayangkan kelezatan brenebon ini nanti ketika sudah dimasaK Rich dan teman-temannya. Kacang merah dan daging yang lembut di lidah, serta kuah sup yang gurih dengan rasa dan aroma rempah-rempah akan sangat menggugah selera.

Pukul 6 pagi, Rich sudah rapi dalam balutan kemeja kuning telur dan celana biru muda, seragam khusus sekolah Rich. Sementara semua bahan dan bumbu brenebon sudah tersimpan dalam satu wadah dan kumasukkan ke dalam sebuah tas kain.

"Selamat memasak ya, Nak. Kalau ada yang bingung, telepon Mama saja," ujarku sembari mengantarnya ke pintu depan.

***

"Tante, ini udah halus, belum?" suara manis seorang remaja perempuan langsung menyapaku sesaat setelah aku menjawab panggilan video dari Rich, siang harinya.

Tangkapan layar menunjukkan gumpalan bumbu yang teksturnya sudah terlihat halus. Sepertinya Rich dan teman-teman ingin lebih memastikan ulekannya sudah cukup halus atau belum.

"Sudah, cukup," jawabku sambil senyum-senyum.

"Ok, Tante, terimakasih ya," lanjut si gadis remaja bersuara merdu ini. Hubungan video pun terputus. Setelahnya aku masih tetap berjaga tidak jauh dari gawaiku. Bersiap akan panggilan susulan.

Setengah jam kemudian, gawaiku berdering lagi, panggilan video kembali.

"Mama, ini ma, " suara Rich terdengar. Di hadapanku tampak semangkuk brenebon dengan hiasan seledri dan taburan bawang goreng di atasnya. Terlihat beberapa remaja putri sedang sibuk menatanya di atas sebuah baki.

Bersama dengan semangkuk brenebon, ditata di atas baki tampak pula sepiring kentang goreng yang menggiurkan, beserta satu teko kecil jus jagung yang menggoda.

"Wiiiih, kereeen..." pujiku takjub. 

"Bagaimana rasanya?" tanyaku penasaran.

"Enaaaak, tante," seorang remaja putri merespon cepat pertanyaanku dengan raut wajah yang begitu gembira.

"Supnya enak, tanteee," sahut seorang remaja putri lainnya, dengan nada suara yang begitu ceria.

Uuuuhhh, lega rasanya hati ini. Tak menyangka anak-anak remaja ini bisa menyelesaikan tugas memasak ini dengan hasil yang manis. Padahal, saya yakin anak-anak remaja ini belum begitu akrab dengan bumbu, bahan, maupun peralatan memasak. Namun, semangat mereka patut diacungi jempol.

Sebelumnya, menurut Rich, brenebon tidak dikenal oleh teman-teman Rich. Jadi ini pengalaman pertama mereka memasak dan mencicipi brenebon, dan sepertinya rasa brenebon cocok di lidah para remaja ini.

Satu jenis makanan tradisional nusantara sudah diperkenalkan kepada tunas-tunas bangsa. Semoga makanan tradisonal Indonesia akan tetap menjadi raja dan ratu di negeri sendiri. (MW)


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun