"Tidak," jawabku cepat. "Bumbunya sederhana saja. Hanya bawang putih, pala, lada, cengkih dan garam,"
"Oh, ok, ok, kalo gitu, Ma. Udah dulu ya, Ma, daaa, " Rich langsung menutup teleponnya, tanpa memberiku kesempatan bertanya. Padahal aku penasaran buat apa anakku bertanya cara memasak Brenebon. Ah, dasar anak-anak.
***
Rasa penasaranku terjawab saat Rich tiba di rumah sepulang dari sekolah. Guru mata pelajaran prakarya di kelas delapan, menugaskan Rich dan teman-temannya memasak dan menyajikan beberapa hidangan. Terdiri dari satu hidangan utama, satu menu makanan kecil, dan satu minuman. Kegiatannya di sekolah, tetapi persiapannya boleh dilakukan di rumah.
Rich dan teman-temannya dibagi dalam beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari delapan hingga sembilan siswa.
"Teman satu kelompok kamu siapa saja?" tanyaku ingin tahu.
"Rich, Stevani, Angel, Vita, Rennatha, Cleo, Raffi, Austin, dan Boanerges," Rich menyebutkan nama-nama siswa dalam kelompoknya. Beberapa nama diantaranya sudah sering aku dengar. Bahkan Stevani adalah teman Rich sejak balita. Mereka satu sekolah sejak TK, SD, hingga SMP kini.
"Jadi mau masak brenebon?" tanyaku lagi.
"Iya, jadi. Selain brenebon, nanti juga ada kentang goreng dan jus jagung yang akan disiapkan teman-teman Rich," jawab Rich.
"Berarti kacang merah dan dagingnya direbus dulu di rumah. Tidak apa-apa?"Aku takutnya guru prakarya tidak memperbolehkan.Â
"Iya, tidak apa-apa," jawabnya.