Misalnya, mskipun suami pemarah, tetapi suami tidak pernah selingkuh, tidak suka clubbing, atau tidak pernah main cewek. Tessa, teman saya, merasakan hal ini. Meskipun kasar dan pemarah, suaminya tidak pernah melakukan hal-hal buruk seperti contoh di atas.
Misalnya lagi, meskipun suami seorang yang senang berkata-kata kasar, tetapi suami tersebut setia pada istri, tekun dalam pekerjaannya dan menghidupi istri dan keluarga dengan penuh tanggung jawab.
Dengan lain kata, meskipun suami merupakan seorang yang kasar, tetapi suami tidak ingin berpaling hati, istri dan anak-anaknya pun tidak pernah kekurangan dalam hal finansial. Hal-hal positif tersebut patut disyukuri.
Lagipula, sebaiknya selalu diingat, bahwa tidak semua yang kita harapkan bisa kita dapatkan. Bersyukur atas hal-hal baik yang masih bisa dirasakan meskipun sedikit, akan membuat hati lebih tenang, dan hubungan dengan suami menjadi lebih baik.
#2. Tidak ikut-ikutan bertemperamen kasar dan pemarah
Hal ini penting disadari, karena orang yang kasar tidak bisa dihadapi dengan kasar pula. Api tidak bisa dipadamlan dengan api. Hanya air yang bisa memadamkan api.
Maksudnya, hanya kelemahlembutan dan kata-kata manis yang bisa melembutkan hati seorang suami yang kasar. Jangan ikut-ikutan kasar. Jangan sampai ikut-ikutan kasar, bahkan berbalik membentak-bentak suami.
Misalnya, kalau suami sedang marah, lebih baik istri diam dulu, jangan ikutan marah. Setelah suasana mulai dingin, barulah istri berbicara dengan baik-baik.Â
Seorang bijak pernah berkata :Â
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
Perubahan mungkin tidak bisa dilihat dan dirasakan secara instan. Perlu waktu untuk mendapatkan seperti yang diinginkan.
Perlu kesabaran agar suami berbalik dari tabiat kasar dan pemarahnya. Jadi bersabarlah dan tetap setia bersikap seperti air. Waktu akan berbicara.