Apa saja misalnya? Alih-alih memasak nasi memakai rice cooker atau penanak nasi listrik, kenapa tidak beralih memasak nasi secara tradisional. Memasak nasi secara tradisional bisa dengan cara menanak dan mengukus menggunakan kompor.
Secara hitung-hitungan, memasak nasi menggunakan kompor akan lebih hemat dibandingkan menggunakan rice cooker. Saya pun telah bertahun-tahun melakukan cara ini, dan terbukti lebih irit listrik.
Contoh penghematan listrik lainnya adalah dengan tidak menggunakan pemanas air listrik atau dispenser. Lebih baik memasak sendiri air panas menggunakan kompor lalu menyimpannya dalam termos.
Sewatu-waktu membutuhkan air panas, tinggal mengambilnya dari termos. Memasak air juga untuk menggantikan air mineral kemasan galon.
Membeli air kemasan galon cukup menguras anggaran. Satu galon air isi ulang biasa saja seharga Rp 7.000. Bila satu galon untuk penggunaan selama 3 hari, dalam sebulan harus mengeluarkan Rp 70.000.
Belum lagi kalau air isi ulang kemasan pabrik, harganya mencapai Rp 15. 000 -Rp 20.000 per galon. Andaikan dalam satu minggu pemakaian 2 galon saja, pengeluaran satu bulan mencapai Rp 120.000-Rp 160.000. Cukup besar kan? Padahal bila memasak air sendiri tidak akan sampai sebesar itu pengeluarannya.
Jadi dengan memasak air, kita sudah menghemat dua pos, yakni tagihan listrik dan pengeluaran untuk membeli air kemasan galon.
Bukan hanya itu, penghematan listrik juga bisa dilakukan dengan membatasi penggunaan setrika. Setrika merupakan salah satu alat eletronik yang memiliki daya yang cukup besar.Â
Caranya dengan memilah pakaian mana yang harus disetrika dan mana yang tidak.
Untuk menghemat, hanya pakaian kerja, seragam sekolah dan pakaian yang akan digunakan untuk beraktivitas di luar rumah yang wajib disetrika. Ternasuk juga sprei dan handuk.
Sedangkan pakaian yang hanya dikenakan sehari-hari di dalam rumah, tidak disetrika pun tidak masalah.