Setelahnya baru saya cari tahu di google yang ternyata tidak boleh, karena pencernaan kucing tidak bisa mencerna susu sapi. Untung saya memberinya hanya sedikit.
Esok harinya, ke petshop terdekat saya pun membeli botol susu kucing beserta susu bubuk khusus kucing. Besar harapan saya, saya bisa merawat bayi kucing ini dengan baik meski tanpa induk.Â
Sudah cukup lama sebenarnya saya tidak memelihara bayi kucing. Sejak kucing betina saya si Ketket disteril. Anak-anak kucing yang saya rescue dari jalanan umumnya sudah cukup besar, berusia minimal sekitar dua bulanan.
Jadi saya sangat senang mendapatkan bayi kucing ini. Kami pun sepakat menamainya Momoy.
Merawat bayi kucing tanpa induk memang tidaklah mudah. Harus sering disusui dengan botol susu 2-3 jam sekali. Itupun membuatnya sedikit-sesdikit saja agar tidak bersisa. Kalau bersisa susu dikhawatirkan basi dan tidak layak konsumsi lagi.
Setelah diberi susu, botol harus segera dicuci lalu direndam sebentar dengan air panas agar kuman-kumannya mati.
Menyusuinya pun tidaklah mudah. Apalagi Momoy hanya di hari pertama saja mau menyusu. Setelah itu, Momoy seringkali menolak. Mungkin rasanya beda menyusu dari botol dengan dari induknya langsung. Dicoba diberi dengan pipet pun kesulitan karena saya takut Momoy tersedak. Serba salah jadinya.
Akhirnya tetap pakai botol susu meskipun minumnya hanya sedikit-sedikit.Â
Untuk urusan pipis dan pup, Momoy pun masih harus dibantu. Setiaap sebelum menyusu, alat kelaminnya harus ditepuk-tepuk dengan kapas atau tisu bersih, barulah pipis dan pup nya keluar.
Kalau masih bersama induknya, induknya yang akan membantu dengan cara menjilat-jilat alat kelamin anaknya.
Saat malam hari, saya berusaha untuk bangun sesuai jadwal minum susunya. Kadang bangun pukul 1 malam, pukul 2, pukul 4 dinihari, demi Momoy.