Akan tetapi, ada juga tukang parkir yang bekerja dengan kesungguhan hati. Di sebuah minimarket yang berlokasi di belakang UPN Veteran Pondok Labu, juru parkirnya sangat kami sukai. Benar-benar membantu baik saat kendaraan masuk maupun saat kendaraan akan meninggalkan minimarket.
Terkadang, banyak orang berpikir, para pekerja informal patut dikasihani. Hanya saja, di Jakarta dan sekitarnya khususnya, kita tidak bisa sembarang menaruh belas kasihan.Â
Sebab nila setitik rusak susu sebelanga
Tidak semua pengamen, dan juru parkir menyebalkan. Banyak juga pengamen yang nyanyinya asyik, suaranya bagus, berlaku sopan dan benar-benar menghibur. Begitu pula tukang parkir. Banyak yang benar-benar cari nafkah untuk keluarganya, benar-benar membantu pemilik kendaraan.Â
Akan tetapi, karena ulah satu dua oknum, merusak citra pengamen dan juru parkir.
Kehadiran pengamen dan tukang parkir di sekitar kita memang menjadi dilema. Kehadiran mereka antara dibutuhkan dan tidak.
Mereka ada karena ketiadaan. Ya, mereka ada karena ketiadaan lapangan pekerjaan buat mereka.
Mereka ada karena ketiadaan sumber penghasilan lain.
Mereka ada karena ketiadaan pendidikan yang cukup untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.Â
Atau, bisa pula, mereka ada karena ketiadaan inovasi mengolah kemampuan diri, dan ketiadaan-ketiadaan lainnya.
Dengan penataan dan pengelolaan yang benar, kehadiran tukang parkir dan pengamen bisa jadi sangat bermanfaat.Â
Mungkin yang diperlukan hanya kejelian dan inovasi pembinaan dari pihak-pihak terkait untuk memberdayakan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H