Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Seperti Ini Ujian SD di Sekolah Anak Saya, Bagaimana Ujian di Sekolah Putra-putri Anda?

28 April 2021   18:28 Diperbarui: 28 April 2021   22:37 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk siswa yang mengalami kendala jaringan maupun perangkat, diberi tambahan waktu sesuai dengan porsi waktu yang sebenarnya. Seperti kejadian di atas, kedua siswa tersebut diberi waktu hingga menjelang pukul 12 siang untuk menyelesaikan ujiannya.

Bagi siswa sendiri, karena sudah sempat membaca dan mengerjakan beberapa soal sebelumnya tentu masih mengingat jawabannya, Dan untuk matematika ada coretan hitungannya di kertas. Hanya saja, ketertinggalan dari teman-temannya dikhawatirkan akan mempengaruhi konsentrasi siswa. Semoga hal ini bisa menjadi catatan bagi sekolah juga orangtua.

Selain itu, terjadi lagi insiden di hari kedua ujian. Saat itu, ujian Bahasa Indonesia. Dua jam waktu yang disediakan bagi siswa, dari pukul 8- 10. Namun, belum sampai satu jam, sudah banyak siswa yang mengumpulkan (submit) hasil ujiannya. Guru bahasa Indonesia ternyata langsung memeriksa hasil ujian tersebut, dan betapa kecewanya guru tersebut, karena nilai-nilai mereka yang submit lebih awal tidak sesuai dengan harapan.

Informasi ini langsung disampaikan guru pengawas, dan mengingatkan anak-anak untuk tidak terburu-buru submit, dan memeriksa dengan teliti hasil pengerjaannya.

Akibat jkejadian ini, mulai hari ketiga kemarin, ditetapkan waktu paling cepat untuk siswa bisa mengumpulkan jawaban, yaitu 10 menit sebelum batas waktu sebenarnya. Jadi bila ujian ampai pukul 10, pukul 9.50 paling cepat bagi siswa untuk bisa submit.

Tak hanya masalah perangkat, ketersediaan jaringan dan pengetahuan seputar internet dan penggunaan aplikasi, ujian virtual seperti ini juga rentan kecurangan.

Bila siswa maupun orangtua terlalu terobsesi dengan nilai cemerlang, banyak celah untuk mengerjakan soal ujian dengan cara tidak jujur. Untuk itu, kejujuran harus diawali dari orangtua. Baru kemudian, orangtua mentransfernya pada anak-anak.

Mendampingi anak saat ujian virtual boleh-boleh saja, sekadar mengawasi dan memberi semangat, serta segera membantu bila menemukan kendala seperti contoh-contoh insiden di atas. Tetapi, hanya sebatas itu.

Biarkanlah anak berjuang, dan mendapatkan hasil dengan usahanya sendiri. Dengan demikian, secara tidak langsung orangtua telah melatih anak-anak untuk mandiri. Anak-anak pun akan mengerti arti sebuah proses dan akan menghargai sebuah hasil. Tidak akan ada hasil maksimal tanpa usaha yang maksimal pula.

***

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun