Kita sendiri memang tidak bisa menduga pasti suatu hubungan yang dijalani akan bermuara ke pelaminan atau tidak. Namun kita bisa "membaca" dan mengusahakannya.
Saya sendiri sebenarnya pacaran cukup lama dengan suami, hampir 5 tahun. Tetapi saya tetap bersedia menjalankan hubungan  ini karena hati saya berkata dengan yakin, suami saya (waktu itu masih pacar) tidak akan berpaling dari saya.Â
Ketika menjalin kedekatan dengan pasangan, kita tentunya bisa mempelajari karakter pasangan kita. Apakah dia seorang yang setia, apakah dia tipe orang yang pegang komitmen, apakah dia tipe doyan selingkuh, atau apakah dia orang yang mudah ingkar janji, apakah dia orang yang suka tebar pesona, dan sebagainya.
Apalagi bila durasi pertemuan dengan pasangan cukup intens. Kita bisa menganalisisnya.
Jadi, boleh saja pacaran lama, asalkan ada jaminan dia akan tetap setia. Janji setia ini bukan dari kata-kata yang keluar dari mulutnya bahwa dia akan setia, tetapi dari karakternya yang kita baca selama merajut hubungan tersebut.
Jangan biarkan pasangan kita dekat dengan lawan jenis, atas alasan apapun
Rasa suka bisa timbul dari kebersamaan yang terus-menerus. Iya apa iya?
Di daerah saya ada pepatah begini:  Tunggul yang jelek saja, kalau dilihat tiap hari, bisa jadi cakep. Tunggul adalah pangkal pohon yang masih tinggal tertanam di dalam tanah sehabis ditebang.
Pepatah ini menganalogikan hubungan antara anak manusia. Apa yang menarik dari tunggul? Sepertinya tidak ada.
Sama saja dengan hubungan antar laki-laki dan perempuan. Bila setiap hari bertemu, ngobrol bareng, curhat bareng, pulang kuliah atau pulang kerja bareng, yang semula tidak memiliki perasaan apapun, lama-kelamaan akan muncul benih-benih suka lalu cinta.
Bila status keduanya masih sama-sama sendiri, tentu tidak masalah. Yang akan menjadi masalah bila salah satu atau bahkan keduanya sudah memiliki pasangan masing-masing. Hal inilah yang kemudian memunculkan pelakor atau pebinor.