Suami juga hampir selalu membawa bekal makan siang dari rumah. Sesekali saja kalau dia ingin makan sesuatu, suami meminta tolong pada office boy di kantor untuk membelikannya.
Untuk peralatan makannya saya bawakan dari rumah. Jadi selama jam kerja di kantor, suami tidak pernah bergerak ke luar gedung.Â
Di tas kerjanya juga selalu tersedia 3 masker bersih, 1 face shield, 1 botol hand sanitizer dan sebungkus tisu basah. Untunglah suami tidak mengeluh dengan isi tasnnya yang semakin padat.
Perihal anak bermain juga saya perhatikan. Biasanya saya akan melihat situasi di depan rumah. Bila banyak anak yang bermain, tidak saya ijinkan dia keluar rumah.
Hanya jika situasinya sepi, cuma satu dua anak yang bermain, baru saya izinkan dia bermain di luar rumah. Dengan syarat wajib menggunakan masker dan menjaga jarak dengan temannya. Tak jarang saya ikut mengawasi dari depan rumah.
Bukannya saya lebay. Tapi anak-anak di depan rumah bermain bebas tanpa ada yang memakai masker. Mereka justru heran melihat anak saya memakai masker. Jadi memang lucu. Yang berlaku benar malah dipertanyakan dan dianggap aneh.
Penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat yang keluarga kami lakukan ada alasannya.
Sementara ini, ada ibu saya yang tinggal bersama kami. Orang lanjut usia tergolong rentan terinfeksi virus atau bakteri. Untuk itu saya memproteksinya dengan ketat menerapkan protokol kesehatan.
Tapi Puji Tuhan, Ibu jarang sakit. Bahkan tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Kebiasaannya yang tidak betah duduk diam dan masih aktif mengerjakan pekerjaan rumah tangga membuatnya tetap sehat hingga saat ini.
Sekalipun demikian, saya tidak berani ambil risiko dengan mengendurkan protokol kesehatan dalam keseharian kami.
Saya bahkan menolak kala ada seorang teman hendak berkunjung untuk suatu keperluan yang sebenarnya bisa diselesaikan hanya melalui telepon. Saya harap dia mengerti.