Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Anies Kembali Berlakukan PSBB Total, Perketat Protokol Kesehatan

11 September 2020   19:58 Diperbarui: 12 September 2020   06:01 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersama wakilnya, Achmad Riza Patria (Dokumetasi Pemprov DKI Jakarta via Kompas.com)

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, kembali menarik rem darurat dan memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) total mulai 14 September 2020. 

Sebagai warga yang tinggal di wilayah perbatasan Depok dan Jakarta, saya menyambut dengan senang hati keputusan ini.

Hal ini bukan tanpa alasan. Tempat tinggal kami hanya berjarak kurang dari 0,5 km dari Pondok Labu, Jakarta Selatan. Dengan jumlah pasien Covid-19 yang terus meningkat, membuat kami semakin waspada. Apalagi bila kami perhatikan saat-saat bepergian ke luar rumah, masih banyak warga yang beraktivitas tanpa mengindahkan protokol kesehatan.

Melihat situasi yang masih rawan ini, saya dan keluarga berusaha mematuhi protokol kesehatan semaksimal mungkin. Peringatan mencuci tangan tak henti-hentinya saya gaungkan di rumah, terutama untuk anak saya.

Sebisa mungkin tidak keluar rumah bila tidak ada yang penting, itu pun kami lakukan. Selama hampir 6 bulan pandemi, hanya tiga kali saya dan suami ke mal. Itupun bukan untuk jalan-jalan, namun untuk suatu keperluan yang tidak bisa ditunda.

Waktu berbelanja bahan-bahan makanan kering ke minimarket atau supermarket terdekat pun saya kurangi. Paling banyak satu minggu hanya satu kali .Terkadang dua minggu sekali. Itupun kami tidak berlama-lama di sana.

Sejak dari rumah sudah saya catat dalam memori apa saja yang hendak saya beli. Sehingga ketika tiba di minimarket, dengan cepat saya mengambil barang-barang yang saya perlukan, lalu bergegas ke kasir untuk membayar.

Sepulangnya dari sana biasanya kami akan langsung mandi. Anak pun saya larang untuk mendekat sampai saya benar-benar bersih.

Sedangkan untuk bahan makanan basah seperti sayuran, buah-buahan dan bahan untuk lauk pauk, saya cukup berbelanja di warung langganan dekat rumah yang cukup lengkap.

Bila ada bahan makanan yang saya perlukan di beberapa hari ke depan pun saya tinggal memesan ke pemilik warung.

Untuk meningkatkan imunitas tubuh, sekarang saya lebih selektif untuk urusan makanan. Sebisa mungkin menyediakan makanan dengan gizi seimbang. Ditambah konsumsi vitamin setiap hari.

Suami juga hampir selalu membawa bekal makan siang dari rumah. Sesekali saja kalau dia ingin makan sesuatu, suami meminta tolong pada office boy di kantor untuk membelikannya.

Untuk peralatan makannya saya bawakan dari rumah. Jadi selama jam kerja di kantor, suami tidak pernah bergerak ke luar gedung. 

Di tas kerjanya juga selalu tersedia 3 masker bersih, 1 face shield, 1 botol hand sanitizer dan sebungkus tisu basah. Untunglah suami tidak mengeluh dengan isi tasnnya yang semakin padat.

Perihal anak bermain juga saya perhatikan. Biasanya saya akan melihat situasi di depan rumah. Bila banyak anak yang bermain, tidak saya ijinkan dia keluar rumah.

Hanya jika situasinya sepi, cuma satu dua anak yang bermain, baru saya izinkan dia bermain di luar rumah. Dengan syarat wajib menggunakan masker dan menjaga jarak dengan temannya. Tak jarang saya ikut mengawasi dari depan rumah.

Bukannya saya lebay. Tapi anak-anak di depan rumah bermain bebas tanpa ada yang memakai masker. Mereka justru heran melihat anak saya memakai masker. Jadi memang lucu. Yang berlaku benar malah dipertanyakan dan dianggap aneh.

Penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat yang keluarga kami lakukan ada alasannya.

Sementara ini, ada ibu saya yang tinggal bersama kami. Orang lanjut usia tergolong rentan terinfeksi virus atau bakteri. Untuk itu saya memproteksinya dengan ketat menerapkan protokol kesehatan.

Tapi Puji Tuhan, Ibu jarang sakit. Bahkan tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Kebiasaannya yang tidak betah duduk diam dan masih aktif mengerjakan pekerjaan rumah tangga membuatnya tetap sehat hingga saat ini.

Sekalipun demikian, saya tidak berani ambil risiko dengan mengendurkan protokol kesehatan dalam keseharian kami.

Saya bahkan menolak kala ada seorang teman hendak berkunjung untuk suatu keperluan yang sebenarnya bisa diselesaikan hanya melalui telepon. Saya harap dia mengerti.

Bukan hanya individu dan keluarganya yang harus menjalankan protokol kesehatan dengan ketat. Sebaiknya semua bidang yang berkaitan dengan kepentingan umum wajib melakukannya dengan benar.

Sekali waktu di hari Sabtu saya dan suami berbelanja di sebuah supermarket di dekat tempat tinggal kami. Supermarket ini terkenal dengan barang-barangnya yang lengkap dan harganya yang murah. Alhasil nyaris tak pernah sepi pengunjung.

Karena kebetulan akhir pekan, saat itu jumlah pengunjungnya membludak, sehingga terjadi penumpukan pengunjung hampir di semua sisi di dalam supermarket. Memang ada peringatan setiap beberapa menit yang disampaikan oleh pihak pengelola melalui pengeras suara agar pengunjung tidak bertumpuk di satu titik, dan saling menjaga jarak.

Akan tetapi, pihak pengelola tidak membatasi jumlah pengunjung yang masuk. Saya perhatikan petugas di depan pintu masuk terus saja memperbolehkan pengunjung baru untuk masuk, sementara jumlah pengunjung di dalam sudah cukup padat.

Saya khawatir, protokol kesehatan yang dijalankan sekadar formalitas.

Dengan adanya penetapan PSBB kembali, besar harapan, semua pihak dapat mengambil hikmah untuk semakin memperketat protokol kesehatan.

Pemerintah atau para pemangku kebijakan juga bisa belajar banyak dari situasi yang telah dilewati, agar ke depannya mampu mengambiil kebijakan-kebijakan yang dapat mempercepat berakhirnya pandemi, sekaligus tetap melindungi warganya dari wabah ini.

Salam.

Referensi: Kompas.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun