Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Aktivitas Rumah Tangga, Olahraga atau Bukan?

9 September 2020   08:02 Diperbarui: 9 September 2020   15:51 1305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber : Pexels.com/Karolina Grabowska)

Sejak remaja saya sangat menyukai olahraga, tapi bukan olahraga yang berat-berat.

Saya tidak bisa main voli, tidak bisa main basket, tidak bisa main bulu tangkis, tidak bisa juga berenang, apalagi main bola. 

Saya menyukai kegiatan olahraga yang tidak memerlukan keahlian khusus, seperti berlari, bersepeda, dan senam aerobik. Dan yang terakhir yang paling saya sukai, yaitu senam aerobik beserta senam-senam irama lainnya seperti zumba dan senam kreasi.

Saya sangat menyukai kegiatan olah tubuh yang membutuhkan kelincahan ini. Terutama bila menghasilkan keringat yang bercucuran. Tubuh rasanya segar sekali.

Kala remaja, dimotori ibunda tercinta, saya dimasukkan dalam perkumpulan senam yang beranggotakan ibu-ibu. Padahal waktu itu saya masih kelas 2 SMP.

Tapi saya sangat senang. Berolahraga menggunakan baju senam merupakan kebanggan tersendiri kala itu. Dari sinilah awal mula saya menyukai olahraga termasuk senam aerobik.

Setelah menikah dan menjadi ibu rumah tangga, karena kesibukan rumah tangga yang padat dan melelahkan, saya baru bisa kembali berolahraga setelah anak berusia tiga tahun.

Saya sangat sadar bahwa tubuh ini perlu rutin digerakkan. Aktivitas keseharian di rumah saja tidaklah cukup.

Saya menyempatkan diri sebisa mungkin untuk melakukan latihan fisik. Dan latihan fisik yang paling gampang saya lakukan sendiri di rumah adalah senam aerobik. Kala itu saya menggunakan panduan senam dari DVD senam aerobik hasil dari berburu di toko-toko kaset.

Terkadang di hari Sabtu atau Minggu saya juga mengajak suami dan anak kami ke sebuah danau buatan yang ada di dalam sebuah kompleks perumahan di kawasan Cinere. Di sana saya dan suami biasa berlari bergantian mengelilingi danau. 10 kali putaran saja sudah sangat menguras energi.

Saat anak saya masuk TK, saya bergabung di sebuah sanggar senam yang mengadakan berbagai kegiatan senam berirama, mulai dari senam aerobik, zumba, pilates, body language, hingga yoga.

Meskipun bisa dilakukan sendiri di rumah, bergabung dalam kelompok olahraga atau sanggar senam lebih menyenangkan. Karena berolahraga bersama akan membuat kita lebih bersemangat.

Dengan jumlah pertemuan 3 kali dalam satu minggu, dan lamanya waktu berolahraga selama 60 menit membuat saya merasa lebih bugar.

Sayangnya, sejak pandemi, segala kegiatan sanggar senam maupun gym dihentikan, termasuk sanggar tempat saya biasa berolahraga.

Sekalipun demikian, saya tidak kehilangan akal. Banyak kanal YouTube yang menyajikan berbagai kegiatan senam aerobik. Tinggal mengikuti gerakan sang instruktur senam, keringat pun bercucuran.

Dari sekian banyak kanal senam aerobik, saya pilih dua kanal YouTube yang saya jadikan panduan untuk senam di rumah, yaitu kanal Fesya Sahara dan kanal Seger Buger. Durasi satu kali senam saya pilih antara 30-60 menit.

Melakukan aktivitas olahraga di rumah ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya bisa dilakukannya setiap hari dan bebas memilih waktunya, mau pagi atau sore hari, bebas. Selain itu, bisa mengajak suami dan anak untuk olahraga bersama.

Kekurangannya adalah hilangnya sosialisasi dengan teman-teman seperti di sanggar senam. Selain itu, karena bebas mengatur jadwal, kegiatan olahraga di rumah sering kali tidak disiplin. Terkadang selama satu minggu bisa setiap hari berolahraga. Lalu minggu berikutnya tidak sama sekali.

Untunglah suami mulai menyukai kegiatan olahraga bersama ini. Walaupun gerakannya masih kaku dan sering kali memancing tawa anak kami, namun saya tetap menyemangatinya. Suami pun semangat berolahraga bila gilirannya sedang bekerja dari rumah.

Ketika aktif mengikuti kegiatan olahraga di sanggar senam, ada saja ibu-ibu di sekolah anak saya yang membicarakannya di belakang saya.

Memang biasanya bila jadwal di hari senam, saya akan ikut suami mengantar anak kami ke sekolah. Sambil membunuh waktu menunggu berangkat ke sanggar, saya akan menunggu di sekolah, dengan telah menggunakan kostum dan sepatu olahraga.

Ibu-ibu ynng senang mengulik-ngulik kesenangan orang ini mengatakan bahwa tidak perlu seorang wanita yang hanya seorang ibu rumah tangga berolahraga. Aktivitas di rumah saja sudah cukup sebagai olahraga. Hmm....

Itu sebagian pendapat mereka yang tidak sengaja saya dengar. Selain itu entah apalagi. Biarlah, itu hak mereka untuk berkomentar. Tugas saya hanyalah berusaha untuk "tidak ambil pusing".

Perkataan yang sama pun sering saya terima bila niat baik mengajak ibu-ibu kenalan saya untuk ikut senam. Mereka beranggapan kegiatan sehari-hari di rumah sudah termasuk olahraga. Jadi tidak perlu lagi berolahraga yang terstruktur.

Saya sendiri tidak mau memaksa. Biarlah mereka berpendapat sesukanya. Bagi saya, entah saya hanya ibu rumah tangga ataupun wanita karir, saya akan tetap berolahraga.

Saya berolahraga karena saya ingin sehat. Saya berolahraga karena saya ingin memiliki berat badan ideal dan bentuk tubuh proporsional. Saya berolahraga karena saya ingin awet muda dan berumur panjang.

Saya juga ingin mendampingi suami dalam waktu yang lama serta mampu mengantar anak hingga dewasa dan berkeluarga dengan kondisi tubuh yang tetap bugar dan tidak sakit-sakitan. Terserah orang lain mau bicara apa.

Tidak sedikit memang wanita terutama ibu-ibu berpendapat bahwa aktivitas fisik di rumah sudah termasuk kategori olahraga. Sehingga mereka merasa tidak perlu lagi melakukan kegiatan olahraga yang sebenarnya. Padahal ini adalah pendapat yang keliru.

Menurut dokter spesialis olahraga Inggriani Husen, aktivitas fisik dan olahraga sangat berkaitan, namun keduanya berbeda. Olahraga termasuk aktivitas fisik. Sementara tidak semua aktivitas fisik adalah olahraga.

Klikdokter.com menjabarkan aktivitas fisik sebagai segala gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot rangka dan menghasilkan kenaikan pengeluaran energi yang bermakna.

Kegiatan sehari-hari di rumah seperti menyapu, mencuci pakaian, memasak, atau mengepel termasuk ke dalam kategori aktivitas fisik (physical activity) dengan intensitas ringan. Aktivitas ini bukan olahraga.

Sedangkan latihan fisik atau olahraga (exercise) adalah subkategori dari aktivitas fisik yang dilakukan di waktu senggang dimana dilakukan gerakan-gerakan tubuh yang terencana, terstruktur, dan berulang/repetitif untuk meningkatkan atau mempertahankan salah satu atau seluruh komponen kebugaran fisik.

Kategori ini meliputi kegiatan-kegiatan yang membutuhkan usaha cukup besar dengan intensitas sedang sampai tinggi, seperti berlari, bersepeda cepat, berenang, termasuk senam aerobik.

Kegiatan di rumah sifatnya tidak terstruktur dan biasanya tidak repetitif sehingga manfaat terhadap kesehatan tidak sama dengan olahraga terstruktur.

Kegiatan rumah seperti membersihkan rumah bermanfaat dalam mengurangi waktu tidak aktif (sedentary time) sehingga secara tidak langsung dapat menurunkan resiko terkena penyakit kardiovaskuler dan sindroma metabolik, tetapi tidak bermanfaat langsung terhadap resiko penyakit tersebut dan kebugaran tubuh.

Yang termasuk kategori penyakit kardiovaskuler adalah penyakit jantung koroner, stroke, hipertensi, dan penyakit jantung lainnya. Sedangkan sindroma metabolik adalah sekumpulan gejala penyakit yang meningkatkan resiko penyakit jantung, stroke dan diabetes. Kebugaran tubuh yang dimaksud meliputi aspek komposisi tubuh, ketahanan jantung, paru, ketahanan otot, kekuatan otot, dan fleksibilitas.

Sebuah studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari University of Ulster, Irlandia Utara bahkan mengungkapkan bahwa orang-orang yang melakukan pekerjaan rumah tangga dan menganggapnya sebagai olahraga mingguan cenderung lebih gemuk daripada orang yang membedakan antara aktivitas rumah tangga dan olahraga biasa.

Semakin banyak waktu yang dihabiskan seseorang untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dari sedang hingga berat yang mereka anggap sebagai olahraga, berat badan mereka justru semakin bertambah.

Lebih lanjut tim peneliti ini menduga orang-orang yang menganggap pekerjaan rumah tangga sama dengan olahraga tampaknya mengabaikan intensitas atau durasi aktivitas yang mereka lakukan. Atau bisa pula mereka mengira jumlah kalori yang mereka bakar ketika melakukan pekerjaan rumah tangga sudah banyak sehingga dengan seenaknya mereka menambah jumlah asupan yang mereka konsumsi. 

Jadi ibu-ibu, aktivitas fisik sehari-hari di rumah tidak termasuk olahraga. Tetapi bukan berarti tidak bermanfaat.

Hanya saja bila ingin mendapatkan manfaat langsung bagi kesehatan dan kebugaran tubuh, kegiatan harian di rumah harus dibarengi dengan latihan fisik atau kegiatan olahraga yang terstruktur. 

Menurut American College of Sports Medicine, seseorang dikatakan aktif dan mendapatkan manfaat bagi kesehatannya apabila melakukan olahraga aerobik minimal 150 menit selama seminggu. Jumlah ini dapat dicapai dengan melakukan olahraga selama 30 menit setiap hari selama minimal 5 hari dalam satu minggu.

Di era pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, dimana harus menjaga jarak dengan orang lain, lebih aman bila berolahraga di rumah saja.

Kalaupun ingin berlatih di ruangan terbuka, bisa memilih tempat-tempat yang sepi pengunjung. Atau lebih aman bila berolahraga di sekitar rumah saja. Misalnya berlari keliling kampung atau keliling kompleks perumahan.

Melakukan olahraga secara teratur dengan porsi yang tepat, serta disesuaikan dengan minat dan kemampuan fisik, akan memberikan banyak manfaat untuk kesehatan dan kebugaran tubuh.

Tidak pernah ada batasan untuk berolahraga. Berapapun usiamu, apapun profesimu, bahkan walau dirimu hanya seorang ibu rumah tangga, ayo berolahraga. 

Dengan rajin berolahraga, seorang wanita akan terlihat lebih segar, lebih sehat, lebih enerjik, awet muda, dan pastinya lebih cantik.

Salam.

_____

Referensi satu, dua, tiga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun