Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Punya Anak Tunggal, Terima Konsekuensinya

3 Februari 2021   14:58 Diperbarui: 3 Februari 2021   15:11 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber : Shutterstock via Kompas.com)

Di sekolah anak saya, cukup banyak siswa yang berstatus sebagai anak tunggal. Begitu pula di keluarga besar kami. Beberapa sepupu hanya memiliki satu anak.

Ketika anak saya masih balita, banyak suara-suara yang menyayangkan keinginan kami untuk tidak ingin menambah anak lagi. Namun seiring dengan bertambah besarnya anak saya, suara-suara itupun menghilang.

Kecenderungan memiliki satu anak umumnya didasari oleh dua fakta penting: masalah ketidaksuburan (di mana banyak orangtua yang menunggu lebih lama untuk hamil), dan tekanan finansial akibat biaya hidup yang semakin tinggi, demikian menurut Susan Newman, PhD, psikolog sosial dan pakar pengasuhan anak yang juga penulis buku The Case for the Only Child: Your Essential Guide.

Bagaimana dengan anggapan bahwa anak tunggal bisa tumbuh menjadi anak manja?

"Kita selalu cepat menuduh bahwa anak yang manja, yang tidak punya saudara kandung, sebagai anak yang memiliki sindrom anak tunggal. Tetapi saya melihat anak-anak yang punya beberapa saudara juga sangat dimanjakan. Namun kita tidak akan menyebutnya memiliki sindrom anak ketiga," papar Jennifer Hilligus, konsultan keluarga di East Brunswick, New Jersey. "Yang dibutuhkan di sini adalah pengasuhan yang benar.“ 

Meskipun di negara kita, belum jamak keluarga memiliki satu anak saja, tetapi orangtua yang hanya memiliki satu anak tak perlu berkecil hati. Berapapun anak yang kita miliki, semuanya merupakan anugerah Tuhan yang wajib kita syukuri.

***

Salam
Martha Weda

Referensi : nakita.grid.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun