Mohon tunggu...
Berlian Alfin
Berlian Alfin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

(Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas - Mohammad Hatta. Ada kejahatan yang lebih kejam daripada membakar buku. Salah satunya adalah tidak membacanya - Joseph Brodsky)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nyanyian Hujan

8 Desember 2024   09:41 Diperbarui: 8 Desember 2024   10:01 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati Baja

Pagi-pagi bercuci muka,

Buru-buru pergi kerja.

Kenapa sedih selalu melanda?

Hmm.., siapa tahu sebabnya?

Pria tua menjajalkan dagangan,

telanjang  kaki terus berjalan.

Tiada yang iba dan kasihan,

kaki dan tangan jadi alasan.

Ternyata dia pun menolak bantuan.

"eh, kenapa Tuan?" tanya si kawan.

Kaki dan tangan jadi jawaban.

Pria tua pergi dengan senyuman.

Si Burung  Perkata

Dinamai  siburung  perkutut

Kunamai  si burung  perkata

Semua hak ingin kau rebut,

Lalu hidup seperti tak berdosa

Saat matahari tenggelam,

Kenapa ku tak diselamatkan?

Engkau berpikir dan diam,

Ini aturan atau anjuran?

Nyanyian Hujan

Waktu terus berjalan,

diriku masih sendirian.

Hidup tanpa sandaran,

mati penuh keinginan.

Janganlah  kotori tangan

dengan asa dan kesedihan.

Biarkan hujan yang bersihkan

semua kesalahan-kesalahan.

Kalaulah punuk merindukan bulan,

akulah katak yang merindukan hujan.

Selalu menanam kebahagiaan,

selalu tuai kesedihan.

Ah.., maafkanlah Tuhan...       

Sore-sore hujan mengguyur

masyarakat  hidup menganggur.

Kemana hati kan berlipur?

Sedang tubuh penuh lumpur.

Darulakhirat

Sebelum kisahku tamat,

pikirku siap berangkat.

Ah, kalau diingat-ingat,

masih kurang ibadat.

Padahal, sudah sekarat.

Dulu, sering kudengar ayat,

supaya menjaga syahwat.

Hu-hu-hu! Semuanya telat!

Jiwa menuju Darulakhirat.

Eliminasi Alam

Manusia telah bermain

dan tidak akan kembali.

Berusaha  menyelamatkan

Keluarga, maupun diri.

Tidak peduli dengan sesama,

karena dirilah yang utama.

Egois adalah teman,

Naif adalah lawan.

Dia bukan Agas,

mengapa harus beringas?

Seolah hidupnya pantas

untuk dijadikan tuntas?

Sungguh, ekstremitas.

Jebakan Hiena

Kau adalah teman, dulunya.

Sekarang, pecah seluruhnya.

Apapun kini katanya,

Api dendam melahapnya.

Ha-ha-ha, kurang ajar!

Kemana pun akan kukejar.

Jiwa dan raga akan gemetar.

Beri ampun bagi si kurang ajar?

Sayang, dendam telah menjalar.

Jebakan Hiena

Benar katanya, kau mesum!

Apa? Selamat dari hukum?

Lihatlah! Siapa yang tersenyum?

Tinggal menunggu momentum!

Kemanalah tempat tuk menghindar,

di lembah kebenaran diri terdampar,

dikepung  oleh  singa yang lapar,

barang alasan takkan didengar.

Si Buas

Rooarr!! Akulah buas.  Siaga!

Semua hati harus berbangga,

karena diriku sangat berharga.

Berhentilah menduga-duga!

Dirimu hanyalah  penyangga.

Biarkan kebuasan berkelana

dan tersesat di padang sabana.

Kengerian terus bergentayangan,

Menyingkirkan atau disingkirkan.

Cermin Air

Siapa yang berani menjamin

amanahnya seorang pemimpin?

Dari suaralah ia tercermin,

bersama doktrin ia terjalin.

Tiada hak untuk mencegat,

Karena keputusan telah bulat.

Janganlah jadi penghambat,

Biarkan mereka bersyahadat.


Telepon Dari Ibu

Hariku  yang berat dan penat,

terasa ringan walau untuk sesaat.

Tutur katamu bagaikan obat

Penenang yang  paling berkhasiat.

Tiada bernilai semua pangkatku.

Lenyap, saat kuterlelap di pangkuanmu.

Ibu,  usaplah kepalaku, nyanyikan lagu indah.

Kutahu do'amu  untukku, selalu berkah.

                                                                                                                       Padang, 08 Desember 2023

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun