Sudah seminggu Pak Maman beserta keluarganya tinggal di rumah kontrakan Pak Suhendi.Â
 "Ini sudah lebih dari waktu Sayang.. " Ujar Pak Maman kepada istrinya.Â
 "Aku tahu sayang, tetapi kita mau tinggal dimana? Dari kemarin kamu pergi mencari rumah dan hasilnya tidak ada sama sekali. " Balas Bu Wardah.Â
  "Oke, aku akan membicarakannya sekali lagi dengan sahabatku itu. Aku yakin ia akan bersedia membantu untuk beberapa hari lagi. "
  "Baiklah sayang. " Sahut Bu Wardah.Â
  Pak Maman duduk di atas kursi kayu, dan menyeruput kopi yang sudah dingin.Â
  Tetapi, kedamaian itupun sekejap hilang begitu saja saat Pak Suhendi memberi salam dari depan pintu.Â
 "Assalamu'alaikum Maman. " Ujarnya.Â
 "Waalaikumsalam. Tunggu sebentar!" Sahut Pak Maman yang bergegas menuju depan pintu.Â
 "Eh, Pak Suhendi! Ada apa tiba-tiba Pak!? "Â
 "Kita masuk aja dulu.. Tenang aja..Â
Saya membawa seorang yang mungkin dapat membantumu. " Jelas Pak Suhendi.Â
  "Oh iya, silahkan! "
  "Permisi..! " Ujar seorang wanita paruh baya yang mengenakan topi Seniman.Â
  "Oh! Ada tamu. Kebetulan sekali! Saya lagi membuatkan kue."
  "Tidak usah repot-repot, saya cuman sebentar disini! " Jelas perempuan paruh baya itu sambil tersenyum.Â
  "Oh, baiklah! " Bu Widdia merasa kesal dengan ucapan wanita yang sok dari keluarga ningrat itu. Tetapi, disisi lain ia juga merasa senang karena kue yang dibuatnya tidak berkurang karena orang lain.Â
  "Saras! Wisnu! kemari ibu ada masak kue lho! "Â
  "Horee ada kue! " Sahut mereka berdua yang melompat menuju arah dapur tempat ibunya berada.
  Pak Maman, Suhendi dan Seorang perempuan bergaya Seniman.Â
  "Baiklah, saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu.Nama saya Rosse, saya berasal dari Prancis.Saya sudah tinggal di Indonesia lebih dari dua puluh tahun lamanya. Ini benar-benar tanah yang Indah! " Ujarnya dengan senang.Â
  "Tetapi, begitu halnya dengan tanah yang indah ternyata juga masih menyimpan misteri yang tidak bisa dijelaskan dengan logika." Ny. Rosse mencoba menarik napas terlebih dahulu.Â
  "Langsung saja ke inti pembicaraan! Pak hendi coba jelaskan! Anda mungkin lebih bisa menyampaikannya. " Ujar Ny. Rosse.Â
  "Kenapa Nyonya!? " tanya Pak Suhendi.Â
  "Lihat saja wajahnya! Dia mungkin berpikir aku akan merebut kontrakannya."
  "Oh begitu.. " Tukas Pak Suhendi yang tersenyum melihat raut wajah dari Pak Maman.Â
  "Tenang dulu Pak Maman! Nyonya Rosse bukan mau mengambil kontrakan ini. Bukan! Tetapi, Nyonya ini sebenarnya ingin menawarkan sesuatu yang mungkin membantumu. " Jelas Pak Suhendi. Seketika wajah Pak Maman yang terlihat suram menjadi segar setelah mendengar penjelasan dari Pak Suhendi.Â
  "Baiklah Nyonya! Saya akan mendengarkan perkataan Anda! " Ujar Pak Maman dengan sedikit terbawa suasana. Bu Wardah yang sedang sibuk di dapur bersama anak-anaknya mulai mencuri-curi dengar ke arah ruang tamu.Â
  Nyonya Rosse mengeluarkan selebaran yang berisi gambar pemandangan rumah yang terlihat cantik dan menawan. Rumahnya yang bergaya klasik yang dindingnya disusun dengan batu-batu yang putih membuatnya terlihat seperti istana. Pemandangan disekitarnya juga membuatnya semakin serasi dengan Rumah megah tersebut.Â
  "Wah! Rumah yang indah nyonya! " Decak kagum Pak Suhendi dan Pak Maman.
  "Kalian yakin!? Bukankah ini biasa saja.. " Ujar Ny. Rosse.Â
  "Tidak nyonya! Rumah sebesar dan megah ini bukanlah rumah biasa. " Balas Pak Maman yang tidak terima rumah itu dikatakan sebagai rumah biasa.Â
  "Baiklah Pak Maman. Saya senang atas pujian Bapak! Dengan ini, saya juga akan memberikan penawaran yang menarik! "
Ujar Ny. Rosse yang mengubah menjadi pose seriusnya.Â
  "Oke..!? " Sahut Pak Maman dan Suhendi sambil bertukar pandang sejenak.Â
  "Apa sih yang mereka bahas!? " Desis Bu Wardah yang menguping dari balik tirai.Â
  Kemudian Ny. Rosse mengeluarkan surat kontrak dan menjelaskan isinya.Â
Isi surat tersebut adalah:
01 Juni, 2022
Bandung
Dengan ini saya menyetujui seluruh persyaratan kontrak dengan Ny. Rosse,Â
1.Ketika menandatangani kontrak tidak boleh dibatalkan sebelum masa kontrak telah habis.(masa kontrak 3 bulan)
2.Saat menuju lokasi, yang dikontrak harus menutup mata.Â
3.Setiap minggu akan diberikan uang saku yang lebih dari cukup untuk pakan selama seminggu.Â
4.Hadiah berupa uang tunai sejumlah seratus juta akan diberikan diakhir kontrak.Â
5.pengontrak akan tinggal bersama orang yang dikontrak.Â
6.Tidak boleh ada keluhan lain saat masa kontrak kecuali masalah keuangan dan fasilitas.Â
7.Bersedia!?
Terimakasih.Â
  Pak Maman membaca dengan ngeri sekaligus beruntung jika benar adanya persyaratan itu.Â
 "Bu Wardah..! Kemarilah! Dari tadi saya melihat Anda menguping terus. " Ujar Ny. Rosse.Â
  "ehm.. Ba-baiklah! Tadi cuman kebetulan kok! " Tukas Bu Wardah sambil membaca selembar kertas kontrak itu.Â
  "Wah..!! Ini benar-benar terjadi kan!? Bukan prank atau tipu-tipu tukang hipnotis kan!? " Ujarnya panik karena senang.Â
  "Jangan senang dulu.. Bacalah benar-benar persyaratannya baru putuskan mau atau tidak!" Ujar Pak Maman.
  "Ehm.. Baikalah! Hmmm.. Kalau dilihat-lihat persyaratannya terkesan janggal karena Nyonya Rosse terlalu banyak mengalah dan memberikan begitu banyak hadiah dan perbekalan. Emangnya gak rugi!? Terus, apakah ini benar-benar kontrak yang aman!?" Awalnya Pak Maman senang mendengar ucapan Istrinya yang sangat waspada, apa yang dikatakan istrinya benar-benar masuk akal sehat.Â
  "Ini benar benar mencurigakan.. " Sambung Bu Wardah.Â
  "Kenapa!? " Tanya Ny. Rosse.Â
  "Karena kami diberikan persediaan makanan dan uang belanja setiap minggu. Bukankah uang mingguan itu sudah berlebihan!? "
  "Kalau kurang bisa ditambah nanti! " Jelas Ny. Rosse.Â
  " Baiklah, saya akan menerimanya. Sebelum itu, saya serahkan kepada Suamiku. "Mendengar ucapan dari Istrinya yang terdengar jarang membuatnya terkejut. Apalagi sampai dikatakan di muka umum begini. Palingan, dia akan mengatakan ayah Saras, atau ayah Wisnu. Kalau tidak, ia akan memanggilnya Bapak saja. Padahal, menurutnya lebih enak kalau istrinya memanggilnya dengan sebutan Bapak didepan umum dan suami saat berduaan.Â
  " Baikah, saya juga setuju! Saya tidak bisa terus menerus menyusahkan sahabat lamaku! " Ujar Pak Maman.Â
  "Jangan berkata begitu Maman, saya itu membantu karena ikhlas. " Tukas Pak Suhendi.Â
  "Bantuanmu dulu lebih besar dibandingkan sekarang! " Sambungnya.Â
  "Berarti kita deal yah! Silahkan ditandatangani dan saya akan memberikan uang di awal. " Jelas Ny. Rosse sambil mengeluarkan amplop kuning.Amplopnya itu terlihat berisi, seolah uangnya sangat banyak.Â
 "Ambilah ini untuk jajan kalian selama dua hari ini. Kemudian, saya akan menjemput pada hari minggu nanti. Kebetulan bunga-bunga akan bermekaran. " Ujar Ny. Rosse. Sedang Pak Maman telah selesai menandatangani kontrak. Mereka telah sepakat dan janji tidak boleh diganggu gugat lagi. Ini adalah pilihan yang tepat menurut Pak Maman sebagai kepala keluarga dan sebagai teman yang sedang merepotkan teman.Â
 Ny. Rosse pun pamit bersama Pak Suhendi.Â
  "Sampai jumpa hari Minggu nanti!" Tukas Ny. Rosse dengan senyum paruh bayanya. Pak Maman dan Bu Wardah hanya bisa membalasnya dengan senyuman pula. Saras dan Wisnu juga ikut menghantar mereka sampai pintu rumah. Sebelum Ny. Rosse naik ke dalam mobil hitamnya. Ia melirik kedua anak-anak tersebut sambil tersenyum hangat dan melambaikan tangannya.Â
Saras membalas lambaian tangan itu, sedangkan Wisnu hanya diam melihat Ny. Rosse dengan topinya yang aneh menurutnya.Â
 Â
  Â
  Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H