"Ehm.. Baikalah! Hmmm.. Kalau dilihat-lihat persyaratannya terkesan janggal karena Nyonya Rosse terlalu banyak mengalah dan memberikan begitu banyak hadiah dan perbekalan. Emangnya gak rugi!? Terus, apakah ini benar-benar kontrak yang aman!?" Awalnya Pak Maman senang mendengar ucapan Istrinya yang sangat waspada, apa yang dikatakan istrinya benar-benar masuk akal sehat.Â
  "Ini benar benar mencurigakan.. " Sambung Bu Wardah.Â
  "Kenapa!? " Tanya Ny. Rosse.Â
  "Karena kami diberikan persediaan makanan dan uang belanja setiap minggu. Bukankah uang mingguan itu sudah berlebihan!? "
  "Kalau kurang bisa ditambah nanti! " Jelas Ny. Rosse.Â
  " Baiklah, saya akan menerimanya. Sebelum itu, saya serahkan kepada Suamiku. "Mendengar ucapan dari Istrinya yang terdengar jarang membuatnya terkejut. Apalagi sampai dikatakan di muka umum begini. Palingan, dia akan mengatakan ayah Saras, atau ayah Wisnu. Kalau tidak, ia akan memanggilnya Bapak saja. Padahal, menurutnya lebih enak kalau istrinya memanggilnya dengan sebutan Bapak didepan umum dan suami saat berduaan.Â
  " Baikah, saya juga setuju! Saya tidak bisa terus menerus menyusahkan sahabat lamaku! " Ujar Pak Maman.Â
  "Jangan berkata begitu Maman, saya itu membantu karena ikhlas. " Tukas Pak Suhendi.Â
  "Bantuanmu dulu lebih besar dibandingkan sekarang! " Sambungnya.Â
  "Berarti kita deal yah! Silahkan ditandatangani dan saya akan memberikan uang di awal. " Jelas Ny. Rosse sambil mengeluarkan amplop kuning.Amplopnya itu terlihat berisi, seolah uangnya sangat banyak.Â
 "Ambilah ini untuk jajan kalian selama dua hari ini. Kemudian, saya akan menjemput pada hari minggu nanti. Kebetulan bunga-bunga akan bermekaran. " Ujar Ny. Rosse. Sedang Pak Maman telah selesai menandatangani kontrak. Mereka telah sepakat dan janji tidak boleh diganggu gugat lagi. Ini adalah pilihan yang tepat menurut Pak Maman sebagai kepala keluarga dan sebagai teman yang sedang merepotkan teman.Â