"Tetapi, begitu halnya dengan tanah yang indah ternyata juga masih menyimpan misteri yang tidak bisa dijelaskan dengan logika." Ny. Rosse mencoba menarik napas terlebih dahulu.Â
  "Langsung saja ke inti pembicaraan! Pak hendi coba jelaskan! Anda mungkin lebih bisa menyampaikannya. " Ujar Ny. Rosse.Â
  "Kenapa Nyonya!? " tanya Pak Suhendi.Â
  "Lihat saja wajahnya! Dia mungkin berpikir aku akan merebut kontrakannya."
  "Oh begitu.. " Tukas Pak Suhendi yang tersenyum melihat raut wajah dari Pak Maman.Â
  "Tenang dulu Pak Maman! Nyonya Rosse bukan mau mengambil kontrakan ini. Bukan! Tetapi, Nyonya ini sebenarnya ingin menawarkan sesuatu yang mungkin membantumu. " Jelas Pak Suhendi. Seketika wajah Pak Maman yang terlihat suram menjadi segar setelah mendengar penjelasan dari Pak Suhendi.Â
  "Baiklah Nyonya! Saya akan mendengarkan perkataan Anda! " Ujar Pak Maman dengan sedikit terbawa suasana. Bu Wardah yang sedang sibuk di dapur bersama anak-anaknya mulai mencuri-curi dengar ke arah ruang tamu.Â
  Nyonya Rosse mengeluarkan selebaran yang berisi gambar pemandangan rumah yang terlihat cantik dan menawan. Rumahnya yang bergaya klasik yang dindingnya disusun dengan batu-batu yang putih membuatnya terlihat seperti istana. Pemandangan disekitarnya juga membuatnya semakin serasi dengan Rumah megah tersebut.Â
  "Wah! Rumah yang indah nyonya! " Decak kagum Pak Suhendi dan Pak Maman.
  "Kalian yakin!? Bukankah ini biasa saja.. " Ujar Ny. Rosse.Â
  "Tidak nyonya! Rumah sebesar dan megah ini bukanlah rumah biasa. " Balas Pak Maman yang tidak terima rumah itu dikatakan sebagai rumah biasa.Â