"Iyaaaa........", ia lari ke kamar mandi takut dimarahi bapaknya.
Hmmm... anak itu begitu manis di depan ortunya. Kalau di rumahnya sendiri ia mandi tanpa disuruh2. Lalu ke masjid sebelum adzan berkumandang.
Di rumah embahnya ini ia tahu kelemahan penghuninya: tak akan sungguhan memarahi. Jadi ia pun sigap memanfaatkan kelemahan ini. Mengulur2 waktu beribadah, memanjangkan waktu bersantai2 menyenangkan diri sendiri.
Sorenya dia ngegame lagi, kali ini sama kawannya. Pc di depan menyala, di kamar mereka masih menyalakan netbuk, main hp dan cekikikan. Saya curiga mereka buka2 gambar yg belum pantas buat anak2. Saya menguping ketawanya. Mereka terus saja cekikikan tanpa ada penjelasan apa yg bikin lucu.
"Pada lihat apa itu?! hardik saya.
"Gak lihat apa2".
Nah, gak ngaku kan. Teknologi yg mudah diakses segala usia bikin saya yg belum punya anak ikut khawatir. Apa jadinya jika di kepala mereka bukan terisi rumus fisika dan matematika, tapi malah terisi gambar badan manusia gak pake baju.
"Matikan pc kalau gak dipakai!" saya menginstruksi bak komandan.
"Jangan........."
Rupanya mereka lagi mendunlud game di pc, terus ditinggal main di kamar.
"Kalau gitu main saja di luar. Olahraga. Main bola atau badminton!" saya risih bocah2 itu akan cekikikan terus seperti kuda.