Kebijakan yang dilakukan adalah membuat speed bump. Terjadilah hasil langsung yakni pengendara mengurangi kecepatan.Â
Karena pengendara mengurangi kecepatan, maka terjadilah hasil lanjutan yaitu kendaraan mudah dikendalikan (atau diberhentikan jika terjadi hal-hal di luar perkiraan misalnya anak-anak menyeberang). Karena kendaraan mudah dikendalikan, maka dampak yang terjadi adalah peluang kecelakaan menurun.
Bersifat Permanen
Hasil yang diperoleh dari sebuah kebijakan idealnya bersifat permanen, setidaknya berlangsung untuk jangka waktu relatif lama, dan bukan bersifat sementara. Kebijakan yang baik harus pula efektif mengatasi permasalahan dan tentu lebih baik jika efisien.
Pada contoh di atas, setelah dipasangnya speed bump maka bisa diambil estimasi kasar bahwa 90% pengendara akan memperlambat laju kendaraannya. Speed bump juga terpasang permanen dua puluh empat jam.Â
Tetap saja ada kemungkinan pengendara yang masih melaju kencang dengan tidak memedulikan ketidaknyamanannya karena goncangan dan potensi kerusakan kendaraannya setelah menabrak speed bump, tetapi prosentase pengendara seperti itu relatif kecil.
Bandingkan dengan kebijakan menempatkan seorang petugas yang melambai-lambaikan bendera sebagai tanda agar pengendara memperlambat lajunya.Â
Pada saat petugas hadir, kepatuhan pengendara mungkin bisa diasumsikan mencapai 99%, tetapi saat petugas tidak ada, kepatuhan bisa turun hingga 1%.Â
Apakah petugas mampu hadir selama dua puluh empat jam? Berapa personil yang harus ditugaskan secara bergantian? Tingkat keberhasilan kebijakan seperti ini tentunya rendah dan malah berbiaya tinggi.
Teori Perubahan
Banyak permasalahan lain di tengah masyarakat yang lebih kompleks dari sekedar contoh speed bump di atas. Narkoba, tertib lalu lintas, pertumbuhan ekonomi, stunting, korupsi, dan lainnya tidak bisa terpecahkan hanya dengan satu tindakan karena ada beberapa variabel yang memengaruhi atau saling terikat satu sama lain.