Badai pandemi COVID-19 belum juga berlalu. Kurva statistik kasus di Indonesia bahkan masih "naik-naik ke puncak gunung" padahal kurva beberapa negara telah menukik dan tetap rendah. Bagaimana sih sebenarnya kebijakan yang ampuh untuk menghadapi COVID-19 ini?
Pertanyaan itu mungkin terdengar basi dan naif tetapi masih menjadi topik yang banyak dipergunjingkan. Tak jarang masyarakat, terutama netizen, membawa-bawa keberhasilan negara lain untuk mengukur Indonesia.
Artikel ini bukan opini, melainkan hanya rangkuman cara-cara yang dilakukan negara-negara yang disebut berhasil menekan statistik COVID-19. Artikel ini membantu penulis (semoga juga pembaca) untuk memahami kondisi yang terjadi di negara lain untuk kemudian melihat Indonesia secara jujur.
Penelusuran pertama penulis tiba di situs endcoronavirus.org. Situs yang diisi oleh ilmuwan, pengusaha dan masyarakat awam ini menggambar kurva negara-negara berdasarkan rata-rata kasus per minggu. Mereka kemudian membagi negara dalam tiga kelompok berdasarkan penanganan COVID-19, yaitu winning (berhasil), nearly there (hampir berhasil), dan needs action (masih butuh tindakan).
Penulis kemudian fokus pada negara-negara yang kurvanya yang turun drastis, lalu fluktuasinya dalam beberapa bulan terakhir (Juni-September 2020) tetap rendah yaitu ada di angka 0-15 kasus. Negara-negara tersebut antara lain Thailand, Taiwan, Timor Leste, Mauritius, Brunei, dan Selandia Baru.
Tentu saja pertanyaan selanjutnya adalah: “Mengapa negara-negara tersebut bisa menekan angka kasus hingga serendah itu sementara Indonesia masih menanjak di angka ribuan?”
Karantina kewilayahan (Lockdown)
Dari penelusuran selanjutnya ke berbagai sumber, penulis menemukan bahwa salah satu keberhasilan Selandia Baru menghempang serbuan virus COVID-19 adalah kebijakan lockdown. Tentang cara Selandia Baru menangani pandemi ini telah penulis publikasi jauh hari di tautan ini.
Ringkasnya, Selandia Baru adalah negara yang cepat melakukan lockdown dan menutup pintu internasionalnya (26 Maret 2020). Meski pun kasus baru meningkat lagi pada bulan Agustus 2020 hingga Selandia Baru kembali melakukan semi lockdown.
India sebenarnya lebih cepat lagi melakukan lockdown yakni pada 24 Maret 2020 tetapi berujung pada kekacauan. Pemerintah India tidak mampu menjamin tempat penampungan dan kebutuhan dasar selama warganya dikunci. Ulasan kegagalan lockdown India bisa dilihat di berbagai sumber, salah satunya di tautan ini.