Wirausahawan memang diberikan kesempatan yang sama dengan membuktikan penghasilan yang hilang dengan dokumen-dokumen resmi. Namun faktanya, tidak sedikit orang-orang yang bekerja di sektor informal tidak memiliki dokumen pendapatan. Tidak semua pula rakyat Selandia Baru berada di atas garis kemiskinan. Pemandangan tunawisma dan pengangguran masih bisa disaksikan di berbagai tempat di negeri ini.
Komunikasi
Penulis kemudian coba mereka-reka kunci kebijakan Selandia Baru dalam konteks penanganan COVID-19 ini. Hal yang pertama dan terutama adalah komunikasi. Komunikasi dilakukan secara verbal maupun visual.Â
Pesan utama yang dikirim kepada rakyat Selandia Baru sejak awal adalah "Bersatu Melawan COVID-19". Slogan "Unite Against COVID-19" dengan desain yang menjadi baku terpampang dimana-mana. Mulai di latar saat Perdana Menteri konferensi pers, di media cetak dan digital, hingga di poster-poster yang dicetak pihak swasta untuk keperluan sosialisasi.
Sifat sentralistik negara ini memang terlihat dari keseragaman di banyak hal. Keseragaman kebijakan sejalan dengan keseragaman hal-hal yang sepele seperti desain logo atau alamat domain website, misalnya. Keseragaman ini bukan hanya terjadi pada institusi pemerintah, tetapi juga dipedomani oleh pihak swasta.
Bentuk komunikasi lain adalah situs covid19.govt.nz yang dipopulerkan sebagai pusat informasi tunggal dan bisa diakses gratis via telepon seluler. Alamat situs itu selalu muncul iklan-iklan cetak dan elektronik.Â
Platform media sosial seperti Youtube sangat dimanfaatkan dalam penyebaran iklan layanan masyarakat dengan cara yang lucu dan frekuensi tinggi. Poin-poin sugesti pemerintah dikemas dalam video-video pendek dan berbagai infografis tak lupa mencantumkan alamat situs tersebut.
Kekuatan komunikasi Pemerintah Selandia Baru kemudian dilengkapi dengan newsletter harian dan konferensi pers Perdana Menteri yang kharismatik.Â
Jacinda Ardern, sang Perdana Menteri, secara berkala menggelar siaran langsung yang disebarkan melalui televisi, radio dan live streaming. Ia piawai menampilkan dua wajah sekaligus yaitu santai dan tegas. Melakukan persuasif kemudian melempar ancaman. Pandangan negara kecil ini memang selalu tertuju kepadanya dan itu dimanfaatkan dengan baik.
Langkah ekstrim
Kedua, Pemerintah Selandia Baru cepat mengambil langkah seperti menutup bandara dan melakukan lockdown. Kebijakan ekstrim ini berhasil karena diiringi komunikasi yang jelas menyangkut rencana dan waktu. Misalnya ketika status waspada dinyatakan di level dua, pemerintah sudah mengeluarkan daftar penjelasan setiap level.
Pada waktu status naik ke level tiga, pemerintah sudah menyampaikan rencana kapan naik ke level empat dan akan berlangsung berapa lama. Kepastian "apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan" dan "sampai kapan" sangat membantu masyarakat mengikuti kebijakan yang dijalankan.