Mohon tunggu...
Bayu Bergas
Bayu Bergas Mohon Tunggu... -

Pemalas dan menyebalkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cerita Picisan: Perempuan Tangguh

30 Juli 2010   17:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:26 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diam...

"Kapan?" tanyaku
"Lima hari lagi," jawabnya
Telepon aku tutup.

Tengah malam. Ponsel berbunyi. Ibu.
"Ia menelpon. Meminta restu."
"Baguslah," jawabku singkat
"Ia terus menangis dan meminta maaf."
"Untuk apa ia meminta maaf?"
"Katanya, ia telah berlaku jahat padamu."
Ahhh! Perempuan memang pintar mengambil hati.
"Jangan terlalu bersedih ya," pinta ibu.
Aku diam.
"Lelaki tidak haram menangis kok," katanya setengah meledek.
"Hahaha... Tidak, terimakasih." jawabku agak mengingkari.
"Yakinlah, kamu akan semakin kuat."
"Tentu! Tentu saja!" jawabku cepat.
Tapi tibatiba terasa pedih mengingat semuanya. Aku tahu, ini hanyalah satu cerita gombal kekanakkanakan.

Ibu terus berkatakata. Berusaha menguatkanku atau hendak sekadar menghibur. Entahlah.
Apapun itu, suara di ujung sana masih terdengar meski menjadi samar kemudian.
Ponsel terhempas.

Dan aku mulai merintih.

Aku mencintaimu, If.
Setidaknya dulu. Dulu sekali.
Saat orangorang mulai renta.
Dan saat kamu masih perempuan tangguh
.*

.
*Purwokerto, jelang pernikahan If.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun