If adalah perempuan paling tangguh.
Setidaknya dulu, dalam rentang lima tahun kami bersahabat.
"Kenapa tak memberitahuku?"
If hanya diam. Tak menjawab.
"Setiap hari kita terhubung. Telepon. E-mail. Sms."
Ia tetap tak bersuara. Sedikit suara mendengung karena sinyal tak terlalu bagus.
"Sahabat selalu ada, bukan?! Kenapa tak mau berbagi kabar gembira ini denganku?"
Masih diam. Lama. Dan aku juga tak berkata apapapa lagi.
"Oke..." suara if terdengar parau. Tersendat ia. Terdengar nafasnya. "Oke. Sekarang aku ingin berbagi kebahagiaan ini denganmu..." katakatanya tak selesai. Suara mendengung terdengar agak keras.
Aku menanti. Ponsel kutempelkan lebih erat ke telinga.
Tibatiba If terisak di seberang sana. Lirih. Tapi aku tahu ia mulai menangis. Nafasnya tak teratur.
"Bicaralah..." pintaku
Isaknya semakin keras. Lama. Dan aku hanya terdiam. Benarbenar terdiam. Menunggu.
Ia mulai mengatur nafasnya.
"Aku... Aku... " suaranya tercekat. Patahpatah. If terisak lagi.
Dan ia mengatakannya juga padaku, sebelum tangisnya meledak.
"Aku... Perempuan dalam pinangan..."
If adalah perempuan paling tangguh.
Setidaknya dulu. Dulu sekali. Saat orangorang mulai renta.
Perlahan aku merasakan kehilangan yang luar biasa. Terasa sakit. Sakit sekali.
Pernahkah merasakan bahwa batas antara sahabat dan kekasih ternyata sedemikian tipis?
Mataku terasa perih. Kami tak berkata apapun. Hanya diam dan tangis If yang menguasai. Semakin lama semakin keras terdengar.
Diam...
Diam...
Diam...
"Katakanlah sesuatu," batinku