Siang itu Adi bersama Cama menemui pak Salman yang kebetulan sedang duduk sendiri didalam ruangannya, Pak Salman begitu serius memainkan mouse komputer ditangan kanannya, dan matanya tak berkedip sedikitpun menatap layar yang terbentang dihadapannya, bahkan tak menyadari kehadiran kedua orang mahasiswanya yang sedari tadi berdiri dihadapannya.
“pak… pak Salman…” tegur Cama.
“oh,, eh kalian , duduk-duduk”, sambil buru-buru menjeda permainan yang Ia mainkan di komputernya.
“ada apa kalian kemari? Bagaiman persiapan study tournya?” sambungnya.
“em begini pak, ada beberapa teman kami yang keberatan, sebab biaya ke Jawa begitu besar, utamanya Ramli pak, Ia tidak punya biaya sebesar itu untuk berangkat”
“ah, suruh dia usaha, ini sudah jadi kewajiban, ini ada dalam mata kuliah loh”
“tapi kan pak,,, mungkin ada alternatif, kita kunjungannya ke tempat-tempat yang dekat saja pak, yang bisa dijangkau teman-teman”
“tidak bisa, ini sudah direncanakan, kalau ini dibatalkan, kalian sekelas akan dapat nilai eror, saya jamin itu”
“tapi pak teman kami ada yang tidak punya biaya, dan…”
“itu urusannya, siapa suruh kuliah disini, kalau tidak mampu kenapa kuliah disini, pokoknya saya tidak mau tau, study tour ini harus jadi, titik. Sekarang kembali saja ke kelas”
Seketika Adi dan Cama terdiam, mereka keluar dari ruangan ber AC itu dengan wajah lusuh, mereka begitu kaget dengan ancaman dari pak Salman, ucapan pak Salman terus terngiang dibenak mereka.