“oke teman-teman, biar aku saja yang buat kerangka proposalnya, besok kita rapatkan bersama kemudian tentukan kepanitiannya” ucap cama kemudian berjalan meninggalkan kelas.
Hari itu Ramli begitu bahagia, tak disangka gambar yang sering ia lihat dibuku-buku pelajaran dan di tv akan segera Ia lihat secara langsung, Ia akan segera menginjakka kaki disana. Suatu bangunan yang Ia telah kagumi sejak lama. Ia pun tertidur dengan membawa angannya.
Pagi-pagi Ramli begitu bersemangat, Ia tak pernah seceria ini, bangun begitu pagi, ada rapat kepanitiaan untuk study tour itu, dia tak ingin ketinggalan, dia ingin terlibat dalam perencanaan pemberangkatannya bersama dengan teman-temannya ke tempat salah satu warisan dunia itu.
“baik teman-teman, kerangka proposalnya telah jadi, tinggal kita susun kepanitiaannya, ini sudah saya komunikasikan juga dengan pak salman, dan sudah beliau revisi sedikit” ucap cama dihadapan teman-temannya
“kita pilih Adi saja sebagai ketua panitia, dia juga sudah berpengalaman mengurusi perjalanan seperti ini, ini juga usulan dari pak Salman” lanjut cama
“setuju” teriak sebagian mahasiswa dalam ruangan itu.
Adi maju kedepan kelas dengan bangganya atas kepercayaan teman-temannya, Ia begitu percaya diri, sebab Ia adalah seorang anak dari pengusaha travel terkenal, namun Ia salah satu mahasiswa yang rendah hati dan tak pernah sombong kepada teman-temannya.
“terima kasih atas kepercayaannya teman-teman” ucapanya singkat
“saya akan lanjutkan rapatnya, kalau melihat isi proposal diharapkan kepada teman-teman mempersiapkan anggarannya sebab ini yang paling utama untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk kebarangkatan kita ke Jawa dan Bali, minimal yang harus teman-teman siapkan adalah sebesar tiga jta rupiah untuk tiap orangnya”
Seketika kelaspun gaduh,,
“wah kemahalan itu, itu berat untuk kita” teriak Ramli