Mohon tunggu...
Bent
Bent Mohon Tunggu... Freelancer - Den bent

Menerjemahkan waktu

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Manusia dalam 4 Elemen Alam

8 April 2020   08:38 Diperbarui: 15 Juni 2021   07:14 10679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

contohnya ada pada bani Israel, yang tadinya menjadi umat yang mati dan bodoh akan kewahyuan, serta dijajah (diperbudak) oleh system kepemerintahan bathil yang dipimpin oleh firaun. Disini mengacu pada rakyat / umat Israel yang hanya jadi abu. Mereka tidak berdaya, tak ada kekuatan, tidak memiliki penolong saat kesusahan, selalu di tindas dan menjadi korban penguasa. 

Bani Israel yang menjadi abu ini kemudian meratap bertobat dan meminta pertolongan kepada Allah atas keadaan hidupnya yang tak hidup. Allah menjawabnya dengan meniupkan Nabi Musa sebagai angin yang membawa awan berupa kitab taurat dan mencurahkan air hujan sebagai wahyu untuk menghidupkan kembali bani Israel. 

Dan setelah dihidupkan, bani Israel menjadi umat yang paling berpengaruh di dunia dengan memberi buah2 langitnya dalam mewujudkan Rahmatan Lil Alamin. Istilah lain, tegaknya kerajaan Allah di bumi yaitu Yerusalem 1 sebagai kota terang Allah pada masanya. Nah sekarang yang menjadi pertanyaan milik siapakah tanah jerusalem saat ini ? Hehe

5) tanah + api + angin. Jika tanah dibakar api, dan disekelilingnya ada angin yang meniupkannya, maka api itu akan lebih membesar dan membara.

Artinya, Manusia mati karna bodoh kewahyuan yang dikuasai nafsu kesombongan, ketika datang angin sebagai pembawa berita kebenaran, dia tidak akan pernah tunduk, tp malah akan membesarkan kebodohannya dan kesombongannya, lebih membara amarahnya, menjadi jadi nafsunya, itu semua karena merasa lebih pintar, merasa paling benar, merasa paling tinggi pemahamannya, pendidikannya, populeritasnya, atau derajatnya.

Kondisi manusia seperti diataslah yg disebut sebagai iblis. Jadi siapa iblis??? Jelas iblis itu manusia, bukan genderuwo atau makhluk astral yang tidak dapat di identifikasi. Iblis adalah musuh yang nyata, bukan hantu pocong atau tuyul mringis. Jadi iblis itu manusia bodoh yg dibakar amarah nafsu kesombongan (tanah yg sepenuhnya menjadi api membara). 

Baca juga: Tentang Manusia dan Alam: Filosofi Tanda Riak Air (Ripple Mark)

Nabi Adam sendiri menempati elemen angin, karena Nabi Adam adalah tanah yang sudah dicelup air (di ajarkan kewahyuan) oleh Allah. Dan diperintahkan menjadi angin sebagai khalifah. Terlepas kemudian kembali melakukan kesalahan dan di hukum menjadi tanah yang tandus.

Kalau dalam kesejarahan Muhammad Rasululullah, tipe manusia api ini di contohkan oleh paman Rasulullah sendiri. Yaitu Abdul uzza yg dijuluki Allah sebagai abu lahap yaitu bapak / pemimpin kesombongan, temperamental, angkuh, merasa besar, merasa benar, dst). kisahnya mirip2 dgn adam dan iblis, bahwa abu lahap diminta tunduk sama Nabi Muhammad. 

Tp karena dia lahap (tanah menjadi api yang membara karena adanya angin) maka tdk pernah mau tunduk, bahkan menentang dakwah Nabi Muhammad yg pd waktu itu sudah di kun fayakun kan menjadi angin oleh Allah. Sebagai paman, abddul uzza tentu saja merasa jumawa soal pemahaman ke Ilahiah an, lantas menyombongkan diri dan merasa lebih pandai dalam memahami ilmu kebenaran, sehingga tidak mau tunduk terhadap berita besar  yang dibawa oleh Muhammad Rasulullah.

Pekerjaan setan menggoda, tetapi pekerjaan iblis adalah membuat dan menjadikan firman Allah menjadi dimensi yang abu abu (membuat air langit jadi tercemar), membuat umat bingung dimana letak kebenaran sejati, ketika umat bingung maka yang terjadi adalah berpecah belah, saling sikut saling tonjok, atau ga ya saling cubit manja, kong kali kong dalam keuntungan. Padahal satu hal yang paling dimurkai oleh Allah adalah berpecah belah. Karena hal itu mengingkari tauhid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun