Mohon tunggu...
Benny Wirawan
Benny Wirawan Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kedokteran dan blogger sosial-politik. Bisa Anda hubungi di https://www.instagram.com/bennywirawan/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Catatan Pojok Kota Sydney

18 Februari 2019   13:56 Diperbarui: 19 Februari 2019   12:24 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku naik ke permukaan dari stasiun bawah tanah itu, tepat di depan Gereja St James, gereja Anglikan tertua di Sydney. Bangunan itu sangat terawat dan dihias berbagai seni indah, mulai patung-patung hingga plakat memperingati para pembesar Sydney dan kontribusinya bagi kota dan gereja.

Aku meluncur menikmati indahnya pusat Kota Sydney, yang trotoarnya saja dihias taman bunga dan patung-patung raja-ratu Inggris Raya. Aku berjalan di setapak dan rumput Hyde Park. Aku menikmati interior Katederal St Mary dengan lukisan kaca jendela yang indah menceritakan penderitaan dan penebusan Kristus.

Budaya. Peradaban. Sejarah. Kemajuan. Itulah citra yang digemakan oleh bangunan-bangunan ini.

Perjalananku akhirnya membawaku ke plaza beton terbuka tepat di depan Gedung Parlemen New South Wales. Aku duduk. Lelah dan kepanasan. Sudah kubilang, hari ini panas. Lebih panas apabila kau berjalan hampir dua kilometer dari St James ke sini. Kupandangi dengan sedih botol minumku yang kosong. Isinya sudah habis, diminum sedikit-sedikit selama berjalan. Sudah menguap pula menjadi keringat.

Air mineral disini mahal. Sebotol yang berisi 600 ml sama dengan sekali makan nasi di Bali. Syukurnya air keran bisa diminum. Jadi aku keliling plaza itu, berusaha mencari keran untuk mengisi botol airku. Sambil menikmati kerindangan yang mengingatkanku akan pusat pemerintahan Provinsi Bali di Renon.

Sepuluh menit mencari dengan keringat terus mengucur, apa lacur keran itu belum juga kutemukan. Menyerah, kuhampiri seorang yang tampaknya seperti petugas keamanan. Orangnya besar, kulitnya cokelat dengan rambut dan kumis tebal yang mulai beruban. Dari wajahnya aku bisa menebak ia seorang keturunan India.

"Permisi, Pak. Bisakah Anda memberi tahu saya di mana ada keran untuk mengisi botol air?" tanyaku dalam Bahasa Inggris.

"Oh, di daerah ini tidak ada," katanya. Dari logatnya aku tau aku benar, ia keturunan India. "Tapi... sini, ikut aku."

Ia berjalan ke arah sebuah pintu yang tersembunyi di tembok salah satu gedung disitu. Aku patuh saja, mengikutinya. Ternyata itu posko jaga petugas keamanan. Ia masuk ke dalam sebentar lalu keluar lagi dengan sebotol air mineral dingin di tangan.

"Ini," katanya menyerahkan botol itu padaku.

"Wah! Terima kasih banyak, Pak," kataku menerima botol itu, sumringah. Bapak India tua itu hanya mengangguk dan tersenyum. Mungkin ia iba pada seorang turis nyasar yang kehausan di depannya ini. Atau ia memang seorang yang murah hati. Tapi sejujurnya sejauh ini semua orang yang kutanyai di Sydney merespon baik dan sangat membantu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun