"Tina mengerti kan maksud Mama? Kalau ada orang tua bicara, Tina jangan melawan. Kalau orang tua menyuruh, Tina harus menurut. Kalau Tina seperti itu pasti tidak dimarah lagi," kata Mama lagi.
"Semua orang tua Ma? Kalau Tante Ambar bagaimana? Kalau Pak Tono di sekolah?" tanya Tina polos. Tante Ambar itu adik Mama yang sering juga memarahi Tina, terutama ketika Mama tak ada. Sementara Pak Tono adalah wali kelas Tina yang sering meminta Tina melakukan... hal yang Tina pun tak mengerti itu apa, hal yang mengganjal pikiran Tina dua hari lamanya.
Mama menghelas nafas mendengar pertanyaan Tina, seperti kembali menahan amarah. Tina jadi kembali takut dibuatnya.
"Iya Tina, pokoknya kalau orang tua yang suruh kamu harus nurut," kata Mama akhirnya. "Tidak boleh melawan. Mengerti?"
"Iya Mama. Tina akan jadi anak penurut," janji Tina, patuh. Sebenarnya banyak yang ingin Tina tanya. Kenapa ia harus selalu membantu? Bukankah Bang Andi bermain sepanjang hari, bahkan ayahnya hanya tidur di sofa dan menonton televisi? Pembangkangan Bang Andi sore tadi pun sudah terlupa oleh Mama yang kini mengingatkan Tina akan kesalahannya. Tapi Tina tak mau bertanya lagi, takut dimarahi. Tina memilih bisu. Patuh.
"Nah, begitu dong anak Mama. Pintar," kata Mama sembari mengecup kening Tina. Ia terlihat lega karena Tina berhenti bertanya. Lalu Mama menyelimuti Tina dan mengucapkan selamat malam. Lalu Mama mematikan lampu dan menutup pintu, waktunya tidur.
Sinar mentari memasuki jendela tanda Senin pagi telah datang menyapa. Tina dan Andi sudah selesai mandi, lengkap berseragam sudah siap sekolah. Papa pun lengkap berkemeja dan dasi akan ke kantor mencari rejeki. Tak lupa Mama menyemarakkan meja dengan hidangan untuk sarapan. Maka rutinitas Minggu pagi hari kemarin diganti dengan rutinitas pagi hari Senin.
Jam sekolah datang dan pergi. Tina berjalan kaki ke sekolah bersama Andi. Guru, pelajaran, dan permainan jam istirahat terlewat silih berganti hingga tiba yang dinanti. Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi.
"Tina jangan pulang dulu ya, ada yang mau Bapak bicarakan," kata Pak Tono. Ia memang sering menahan Tina pulang, hampir saban hari ada yang 'dibicarakan'. Tina sudah berjanji pada Mama akan menurut pada orang tua. Maka Tina tidak menggendong tas dan tetap duduk di bangkunya.
Setelah kelas kosong, Pak Tono dengan sigap menutup dan mengunci pintu. Tak lupa semua tirai jendela pun ditutupnya. Anak-anak yang berlarian di lapangan tinggal hanya terdengar suaranya riuh redam, pun yang di luar tak dapat lagi melihat ke dalam. Setelah yakin situasi aman Pak Tono segera beralih pada Tina yang masih duduk diam.
"Tina cantik. Baik sekali hari ini, anak cantik dan pandai. Masih ingat kan yang Bapak ajarkan hari Jumat silam?" kata Pak Tono.