Mohon tunggu...
Benny Wirawan
Benny Wirawan Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kedokteran dan blogger sosial-politik. Bisa Anda hubungi di https://www.instagram.com/bennywirawan/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Anak Penurut

17 Januari 2019   14:14 Diperbarui: 18 Januari 2019   09:22 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang hari menjelang sore Tina terbangun dari tidurnya. Ruang keluarga sudah sepi, Mama dan Bang Andi entah di mana. Hanya tersisa Papa yang mendengkur di atas sofa, handphonenya terpangku manis di dada. Tina bangun dan meregangkan badannya yang sedikit sakit karena tidur di kerasnya lantai.

Baru saja Tina bertanya-tanya ke mana abangnya pergi, yang dipikir muncul di pintu teras. Dengan bola diapit di ketiak dan temannya, Hendra, di sisinya Tina sudah tau abangnya hendak ke mana.

"Tin, kebetulan kau sudah bangun. Kau dipanggil Mama, disuruh bantu angkat jemuran," kata Andi pada Tina.

"Abang hendak ke mana?"

"Kalau Mama tanya, bilang saja aku belajar sama Hendra."

"Belajar kok bawa bola?"

"Sudah, kau bilang saja seperti yang kubilang. Adik itu harus nurut sama kakaknya," tukas Andi lalu ngeloyor pergi. Hendra tak banyak berkata, bak orang bisu tuli. Dari pintu yang tidak ditutup Tina bisa lihat sekelompok bocah bermain dan bercanda. Ada pula Dewi dan Tiwi, sobat-sobatnya.

Baru saja terbangun, wajah Tina sudah kembali cemberut. Aku pun ingin main, batinnya. Kakinya terasa berat saat diseret ke tempat cuci di belakang rumah. Tina malas, tapi dalam batinnya ia tidak berani tidak patuh.

Mama sudah menunggu Tina di tempat jemuran. Keranjang baju tergeletak di sebelahnya baru terisi satu dua lembar.

"Tina sudah bangun? Sini bantu Mama. Mana abangmu?" tanya Mama.

"Eh... abang bilang mau belajar Ma. Sama Bang Hendra," kata Tina ragu-ragu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun