Mohon tunggu...
Benny Wirawan
Benny Wirawan Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kedokteran dan blogger sosial-politik. Bisa Anda hubungi di https://www.instagram.com/bennywirawan/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen | Percakapan di Akhir Malam

28 November 2018   16:32 Diperbarui: 28 November 2018   16:58 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku tak bisa menjawab semua itu. Bukan bagianku. Dunia ini diciptakan dengan berbagai maksud oleh-Nya, tak ada yang terjadi yang luput dari kehendak-Nya. Tetapi tak ada yang tahu apa kehendak-Nya itu, tak ada yang tahu apa maksud dari segala yang terjadi disini. Bahkan aku dan para malaikat pun tak tahu. Hanya Dia," terang Maut.

Adam terdiam. Dunia ini memang absurd, pikirnya. Segala yang terjadi di sini tak ada artinya. Berbuat baik tak tentu berujung bahagia, berbuat jahat pun tak tentu sengsara. Jika ada maksud dari segalanya ini, ia tak akan dapat menemukannya di sini.

Seolah dapat membaca pikirannya Maut berkata, "Jika kau ingin tahu maksud dari segala sengsaramu, dan semua yang terjadi di sini, aku dapat mengantarmu ke sana. Ikutlah aku, ini waktumu untuk tahu."

Tak ada lagi yang tersisa baginya di sini. Adam telah tinggal selama 45 tahun, berjuang menemukan makna dari penderitaannya. Ia telah menganut nilai-nilai yang tak disadarinya, membuat pilihan-pilihan dengan alasan yang tak mampu diingatnya. Ia terbawa arus hidup, tidak sadar bahwa ia mampu mengemudi dalamnya. Ia yakin ia tahu keinginan Sang Pencipta, yakin akan kebenaran ilmu-ilmu sorga. Tapi hidupnya justru menjadi kontradiksi dari segala yang ia pikir ia tahu.

Adam ingin jawaban. Ia mengangguk.

Maut tersenyum. Ia singkap tudung gelapnya, menampilkan wajah wanita lembut keibuan. Perlahan ia dekap Adam, pelukan lembut yang mengingatkan Adam akan Ibu, Ayah, Laila, dan semua orang lain yang dicintainya di dunia.

Ketika fajar tiba nafas Adam sudah tak lagi tersengal. Jasadnya damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun