Mohon tunggu...
Benny Hendrawan La Semba
Benny Hendrawan La Semba Mohon Tunggu... Psikolog - Psychologist and OD Specialist

Pengamat Sosial dan Perilaku

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Antara Masjid, Aku, dan Kenakalan Kami Malam Itu

10 Mei 2020   07:55 Diperbarui: 10 Mei 2020   08:03 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejar-mengejar terus berlangsung. Kalau tadinya kami berlari karena 100 persen takut, sekarang berubah menjadi 100 persen karena seru. Apalagi ada diantara kami, salah seorang anak takmir masjid tersebut yang ikut berlari terbirit-birit. Wuihh.., pokoknya tambah seru. Tambah lucuuu...

Kejar-mengejar terus berlangsung hingga sekian putaran. Nafas kami dan takmir masjidpun sudah mulai ngos-ngosan. Tapi karena lari kami lebih cepat dari takmir masjid, tiba-tiba tanpa diduga, posisi kami yang sebelumnya di depan takmir, berubah menjadi di belakang persis sang takmir. Kalau tadinya kamilah yang dikejar, akhir berubah menjadi kamilah yang mengejar.

Karena suasana di luar masjid gelap, salah seorang dari kami lantas menabrak takmir dan, "..gedubraaakk..!!", tiba-tiba teman yang berada di barisan belakang, menabrak kami secara karambol dan terjatuh secara bersama-sama dengan sang takmir. 

Setelah terjatuh, lalu dengan sigap sang takmir beranjak bangun, lalu menjewer kuping kami dan memberi pukulan di pantat masing-masing sebanyak 1 kali. "Aduuhhh...!!" jerit kami satu persatu saat mendapat pukulan itu

Dari suara jeritannya, kami tahu suara siapakah itu. Satu persatu seperti mengabsen dirinya sendiri. Dan hingga jeritan terakhir, tak terdengar suara jeritan anak takmir. Lalu kemanakah dia? Wahh.., curang kamu, Ndro.. Ternyata teman kami yang satu itu, tak ada lagi batang hidungnya.

Ia sepertinya sudah melarikan diri dari arena lari, sebelum 'pertandingan' usai. Dia sepertinya 'walk out', karena tau yang mengejarnya itu adalah ayahnya sendiri. Hmm.., benar-benar anak yang berbakti....

Esok hari,  kejadian serupa kembali terjadi dengan bentuk kenakalan yang berbeda. Tapi, memainkan kartu remi dan kyukyu sepertinya sudah menjadi agenda tetap di malam-malam berikutnya. Ah, masa itu..sungguh tlah membuat aku malu. Malu pada diriku sendiri, pada takmir, pada masjid, dan pada Tuhan..

Indralaya, 10/05/2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun