Menghadapi situasi yang genting seperti itu, kami hanya bisa pasrah dan terdiam sembari menunduk guna melindungi kepala masing-masing dengan tangan, takut kalau-kalau pukulan itu nyasar kearahku
Pada masa itu, masjid tempat kami tumbuh menjadi besar bersama itu, dulu memang terkenal angker. Terlebih di area tempat mengambil wudhu yang lembab, gelap, licin, dan sering mengirimkan hawa dingin yang menggidikkan bulu roma. Jadi, adanya kejadian lampu masjid yang mati secara tiba-tiba ini, membuat nyali kami sedikit agak menciut
Tiba-tiba lampu masjid menyala. Mata kami terarah ke stop kontak. Ternyata lampu listrik di masjid memang sengaja dimatikan oleh salah seorang dari kami.Â
Masih belum sadar dengan apa yang terjadi dan posisi kami masih belum beranjak dari tempat semula, tiba-tiba rekan kami yang juga membawa gulungan sajadah itu, mematikan kembali lampu masjid.Â
Dan, "duaarrr.., deeerrr...doorrrr..." terdengar lagi suara pukulan "sajadah gulung" yang dipukulkan ke dinding masjid. "Adooohhh..." teriak salah seorang yang terkena pukulan yang dilakukan secara acak itu
Begitu seterusnya. Lampu masjid dihidupkan, terus dimatikan, terus ada suara teriakan. "Aduuhhhhh.....". Lama kelamaan, ulah jahil kawan itu, yang awalnya hendak menakut-nakuti, lalu berubah menjadi permainan yang menantang adrenalin. Permainan terus berlanjut. Bahkan ada kawan yang menjadikan drum beduk  sebagai tempat berlindung.
Karena kenakalan kami ini terus berlanjut, dan suara-suara pukulan serta teriakan dari dalam masjid masih terus terdengar hingga dini hari hingga jauh keluar area masjid, lalu mengundang kegusaran salah seorang takmir yang rumahnya berada di sekitar masjid.
Sambil membawa sepotong kayu di tangan, sang takmir itu lalu berteriak lantang, "Dasar anak-anak nakal. Keluar kalian dari masjid ini, dan pulang!!" katanya dengan mengacungkan kayu di tangan.
Melihat kedatangan sang takmir, tiba-tiba saja kami berhamburan keluar sambil melompat dari pintu dan jendela masjid. Saking takutnya, ada yang harus merelakan baju dan sandalnya tertinggal di masjid demi memperoleh selamat dari kejaran sang takmir.
Tidak sampai di situ. Selepas berhasil mengusir kami keluar dari dalam masjid, ternyata sang takmir masih terus mengejar. Entah siapa yang mulai, tiba-tiba kami berlari menghindar dari kejaran takmir, dengan mengitari masjid yang luasnya kira-kira 100 meter persegi itu.Â
Lalu terjadilah proses kejar-mengejar yang seru antara kami dan takmir dengan mengelilingi masjid itu. Sepertinya tidak ada yang mau mengalah. Masing-masing pihak berusaha untuk saling mengalahkan.Â