Berselang beberapa menit, Yana datang menghampiri. Ia duduk di sebelah kiriku. Jaketnya merah merona berlogo Kota Malang di dada kiri. Rambutnya sebagian putih , kulitnya hitam dan giginya ompong pada bagian depan. Di situlah, perbincangan kemudian dimulai.
“Tidak takut jualan buku seperti itu,” tunjukku pada buku-buku di rak kaca.
Yana tidak melihat ke arahku. Matanya tertuju pada ujung jariku yang menunjuk. Bersamaan dengan itu, segera ia menjawab pertanyaanku.
“Tidak,” jawabnya singkat.
“Kan saat ini sedang ramai penyitaan buku-buku komunis?” kelakarku dengan senyum kecil.
“Buku-buku itu adalah ilmu. Kita tidak bisa tertutup terhadap ilmu,” kata Yana.
Yana pun terus bercerita tentang pengalaman hidupnya. Ternyata ia pernah bekerja di BP7. BP7 ialah Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Tugas Yana menanamkan, mendoktrin nilai-nilai Pancasila ke tengah masyarakat. Mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Mulai dari tingkat kelurahan hingga tingkat pejabat daerah.
Tapi di balik itu, menurut cerita yang disampaikan Yana padaku, Yana juga didoktrin. Dicuci otak. Ditanamkan nilai-nilai Pancasila.
“Pancasila benar, PKI salah. Soekarno salah, Soeharto benar,” begitu kata Yana padaku.