Waktu masih ada Sukma Ayu perbincangan tentang dunia film di rumah ini intens sekali. Mungkin karena dia juga terjun di dunia seni peran. Kami sering diskusi tentang dunia seni peran dengan berbagai dinamikanya. Anak-anak yang lain? Oo, mereka adalah pengkritik film saya terbaik. Sampai ke ide cerita pun mereka ikut memberikan masukan. Bahkan cucu-cucu saya menjadi penikmat seni peran saya. Cucu saya terheran-heran kok kalau di televisi Oma jahil, tetapi di rumah baik sekali. Selain itu masih suami yang menjadi kawan setia diskusi.
Sebagi peraih Piala Citra, apakah Anda merasa akting aktor dan artis kita sekarang tidak berkualitas atau sebaliknya?
Pertama, memasuki dunia seni peran adalah hak setiap orang. Kenyataannya, memang menggembirakan sekali. Kita bisa melihat sekian banyak aktor dan artis bermain dalam sinetron dan film sekarang ini. Hanya, saya menilai aktor dan artis sekarang kurang mengasah diri. Mungkin karena sejak awal mereka tidak mengetahui dunia seni peran itu seperti apa. Mungkin mereka tidak sempat belajar. Bukankah belajar itu tidak melulu lewat institusi formal? Kan bisa lewat buku dan sebagainya. Intinya, dalam pekerjaan apa pun pengasahan diri wajib kita lakukan. Mengapa ini saya katakan? Saya merasa sedih melihat mereka tidak tahu siapa Haji Usmar Ismail. Bahkan mereka juga tidak tahu gedung film itu ada di mana saja.
Apakah ini yang menjadi penyebab perfilman kita surut dan sinetron jadi pasang. Bagaimana Anda menyikapinya?
Bisa jadi begitu. Meskipun demikian sebenarnya saya melihat akting di sinetron maupun film itu tidak berbeda. Yang penting kita harus memberikan sesuatu yang diinginkan oleh cerita. Tapi intinya saya yakin dunia film kita akan bangkit lagi.
Dengan demikian perfilman Indonesia masih memiliki masa depan cerah?
Pasti. Dan itu tidak akan lama lagi. Apalagi dengan kondisi sumber daya manusia (SDM) yang ada sekarang, pasti perfilman kita akan maju. Sayang, SDM kita masih memiliki berbagai kekurangan. Untuk aktor dan aktris sudah lumayan. Hanya kurang polesan. Dari segi penulis skenario, sutradara, kita masih memiliki kekurangan. Mereka terlalu sibuk menggarap beberapa proyek. Bagaimana bisa merampungkan sebuah film yang bagus jika terlalu sibuk dengan banyak proyek? Ya, to? (Benny Benke)
tulisan ini pernah diunggah di laman:Nani Wijaya: Film Kita Akan Bangkit Lagi
SENI peran atau akting seolah telah sirna sejak aktor-aktris kuat di industri perfilman Tanah Air meninggal atau meninggalkan gelanggang. Dari sedikit aktris senior yang masih tersisa, nama Nani Wijaya patut disebut. Prestasinya tidak tanggung-tanggung. Yang jelas, tahun ini dia mendapat penghargaan The 1st Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF). Selain itu dia memperoleh Piala Citra sebagai Pemeran Pembantu Terbaik dalam film Yang Muda Yang Bercinta pada 1977 dan RA Kartini pada 1982.
Apakah sekarang ini seni peran telah mati? Apa yang harus dilakukan para artis masa kini? Pada pagi yang cerah, di kawasan sekitar 50 kilometer dari Jakarta, di Taman Besakih VII/17 Bukit Sentul Selatan, Bogor, aktris berpembawaan santun ini menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Berikut petikan perbincangannya.
Bersama JB Kristanto, Anda baru saja mendapat penghargaan The 1st Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) sebagai tokoh yang berdedikasi terhadap perfilman Indonesia. Apa makna pernghargaan itu bagi Anda?
Sangat positif dan berarti sekali. Terus terang kali pertama mendengar saya sempat tidak menyangka bakal mendapat penghargaan itu. Ya, saya yang sudah setua ini kok ternyata masih mendapatkan perhatian. Penghargaan ini juga sekaligus sebagai cambuk bagi saya dan kawan-kawan seusia untuk terus berkarya semaksimal mungkin.