Mohon tunggu...
radbenitos
radbenitos Mohon Tunggu... Tutor - Nasionalis peranakan Batak-Jawa

Kawan anti nekolim. Dekmar. Kolom filsafat adalah kenyamanan bagi orang-orang woles maupun jalan ninja bagi clan Uchiha dan penggali sejarah ide.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Berjumpa dengan Kapitalisme Brutal Indonesia melalui Politik Minyak Goreng

29 April 2022   00:23 Diperbarui: 29 April 2022   23:59 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshot dari media online internasional yang bernada keheranan terhadap kelangkaan migor dari negara penghasil migor

Di Indonesia, kritik terhadap kebijakan kontrol harga juga dilayangkan oleh peneliti Indef. Dari berita yang dilansir viva.co.id, Ahmad Heri Firdaus menilai kebijakan pemerintahan Jokowi tidak komprehensif dan semestinya jangan hanya bertujuan mengamankan pasokan bahan baku minyak goreng dalam negeri saja. Padahal dengan ketersediaan pasokan minyak goreng dalam negeri yang melimpah, berarti harga akan kompetitif dan terjangkau oleh masyarakat.

Foto fitur berita viva.co.id
Foto fitur berita viva.co.id

Kritik terhadap kebijakan Jokowi juga dilayangkan oleh DPR fraksi Partai Demokrat secara provokatif, yang menilai hampir seluruh kebijakan pemerintahan Jokowi menimbulkan masalah baru. Padahal dalam kasus minyak goreng ini dalam pandangan penulis masalahnya cuma satu, yakni betapa brutalnya kapitalis Indonesia.


Brutalisme

Brutalisme adalah diksi yang paling cocok dengan kondisi struktur mode produksi (produk sawit) di Indonesia. Argumen ini tidak berlebihan, terlihat jelas dari reaksi akhir PKS nakal terhadap strategi kebijakan pemerintahan; yakni menyiratkan langkah untuk mempertahankan margin keuntungan terbesar bagi akumulasi kapital, sedangkan petani sawit menjadi salah satu korban dari kebrutalan terstruktur ini.

Screenshot kutipan Karl Marx dari Goodreads.com
Screenshot kutipan Karl Marx dari Goodreads.com

Pada awal abad 19, Karl Marx telah menggambarkan kondisi eksploitasif cara produksi kapitalis. Dalam magnum opus-nya, Das Capital, ia memulai topik yang dianggap remeh oleh pengamat ekonomi saat itu, yaitu nilai suatu komoditas. Pengantar abstraksi Das Capital, dua abad lalu, nyatanya mirip dengan fenomena brutalitas kapitalis sawit Indonesia.

Pada mekanisme pasar, atau teori ekonomi dasar tingkat SMA, nilai (yang ditukarkan dengan uang) untuk suatu barang ditempatkan secara relatif dalam hubungan kuantitatif; begitupun dengan harga minyak goreng yang naik disebabkan karena permintaannya yang juga naik.

Tetapi Marx(isme) tidak berhenti di situ, penyelidikan nilai tukar atas kuantitasnya sebagai komoditas mengabaikan nilai guna secara sosial. Harga yang layak dibayarkan untuk seliter minyak goreng tidak berhenti di tangan seorang borjuis pemilik pabrik, tetapi mengalir juga kepada (upah) kerja petani di rantai hulu produksi.

Konsep ideal ini kerap direduksi ditangan para pemburu rente, contohnya PKS nakal. Kita masyarakat awam hanya menerima nilai pakai atas nilai tukar minyak goreng dari pabrik sebagai utilitas bahwa minyak goreng tersebut bermanfaat bagi makanan yang kelak kita santap. Akan tetapi, nilai guna sosial yang lebih detail tak pernah terlihat dari kemasannya atau dari etalase ritel, kecuali bagi yang pernah mendalami ajaran (modern wisdom) marxisme.

Akumulasi kapital dengan cara kerja spekulatif dan perburuan rente toh hanya akan dinikmati oleh borjuis kapital. Seseorang yang hanya bertindak sebagai pekerja/pegawai memiliki masa bakti yang terbatas, dan akan berakhir (pensiun) tanpa kepemilikan perusahaan. Dalam lingkaran setan kapitalisme, seorang pekerja hanya akan menikmati hasil dari cara produksi kapitalis dalam jangka waktu tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun