Fenomena brutalisme kapitalis Indonesia yang secara ringkas disebut sebelumnya, telah mencapai tingkat ketidaksadaran masyarakat kita yang turut merayakan kebrutalannya. Bahkan pegawai ritel minimarket pun turut menyembunyikan pasokan. Ini menandakan brutalisme kapitalisme tidak hanya berlangsung di struktur produksi, melainkan sampai di tingkat distribusi. Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, menilai struktur pasar di Indonesia yang saat ini tidak sehat turut berkontribusi terhadap mandeknya kebijakan pemerintah terhadap minyak goreng.
Pertanyaan reflektif bagi kita, apakah harga minyak goreng yang di atas rata-rata itu sudah layak untuk memberi apresiasi bagi seluruh komponen produksi yang terlibat? Anda bisa pikirkan itu melalui doa sebelum makan yang sehari-hari anda ucapkan, "...terima kasih atas berkat-Mu, Tuhan, melalui hidangan ini... Terima kasih pula atas tangan-tangan yang bekerja di balik makanan ini..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H