Pendirian Pusat Studi ASEAN (PSA) sebagai Upaya Peran Konstruktif Perguruan Tinggi Berkontribusi bagi Kepentingan Nasional di ASEANÂ
Tepat setahun setelah Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2011, Pusat Studi ASEAN/ASEAN Study Center (ASC) Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan PSA yang pertama kali didirikan di Indonesia.
Berdiri pada tahun 2012 PSA UGM secara administrative berada di bawah Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) dan merupakan hasil kolaborasi Universitas Gadjah Mada dan Kementerian Luar Negeri (c.q. Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN). Â
Selanjutnya setelah PSA UGM berdiri, dilanjutkan dengan PSA Universitas Indonesia dan berbagai kampus lainnya di tanah air. Â Pada tahun 2022, jumlah PSA mencapai 60 unit.
Pendirian PSA berlandaskan Prinsip Tri Dharma yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat.Â
Pusat Studi ASEAN didirikan untuk memberikan review secara objektif dan kritik yang diperlukan oleh pemerintah Indonesia untuk meningkatkan peran dan posisi Indonesia di ASEAN.Â
Untuk itu setiaap PSA diberi kebebasan masing-masing untuk mendalami isu-isu di bidang politik-keamanan, ekonomi dan sosial-budaya sesuai dengan 3 (tiga) pilar ASEAN.
Pendirian Pusat Studi ASEAN dilatarbelakangi oleh arti institusi ASEAN yang signifikan dalam menjaga stabilitas keamanan regional dan meningkatkan kerjasama ekonomi di Asia Tenggara. Pentingnya ASEAN bagi negara-negara di Asia Tenggara telah dirasakan selama beberapa dekade. Namun hingga kini ASEAN masih menghadapi beberapa persoalan seperti persepsi masyarakat tentang ASEAN yang dipengaruhi oleh kurangnya awareness serta kekhawatiran menyangkut kapabilitas ASEAN dalam menjaga stabilitas keamanan regional dalam menghadapi berbagai isu seperti ketegangan di Laut Cina Selatan.
PSA Universitas Gadjah Mada
PSA UGM dipimpin oleh Dr. Dafri Agussalim,MA sebagai direktur, Pusat Studi ASEAN membawa tema "Bringing ASEAN Closer to You" demi mewujudkan masyarakat ASEAN yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut tersebut Pusat Studi ASEAN UGM mengadakan beberapa penelitian termasuk sektor ekonomi ASEAN diantaranya, "Gearing Up for ASEAN Economic Community: Small and Medium Enterprises' Response and Preparedness to Regional Market Integration", "Towards ASEAN Digital Community: Digital Divide and ICT Cooperation in ASEAN", "Strategi Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan Berorientasi pada Halal Tourism: Studi di Destinasi Pariwisata Nasional Lombok -- Gili Tramena" dan riset lain yang mencakup ketiga pilar ASEAN. Di luar penelitian, Pusat Studi ASEAN UGM juga memiliki program lain seperti AYIEP (Youth Initiative Empowerment Program), Bincang ASEAN, dan seminar.
Selain berkolaborasi dengan Kementerian Luar Negeri RI, Pusat Studi ASEAN UGM juga merupakan partner Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan beberapa universitas luar negeri seperti University of Groningen, Guangxi University, Nanyang Technological University, Chulalongkorn University, University of Melbourne, dsb. Pusat Studi ASEAN UGM juga menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah yaitu Kota Jogjakarta, Magelang, Sleman, Kab. Banyumas, dan Provinsi NTB.
Rekomendasi
Berdirinya PSA diberbagai perguruan tinggi di tanah air yang saat ini berjumlah 60 unit memberikan kesetaraan akses (equitable access) bagi para akdemisi untuk dapat berpartisispasi sekaligus mengambil manfaat dari proses integrasi dan pembangunan masyarakat ASEAN sehingga dapat menjadikan ASEAN yang lebih people-oriented dan people-centered.
Apalagi saat ini huga telah berdiri Network of ASEAN Study Center Indonesia (NASI) yang diketuai oleh UGM dan co-chair UI, akan makin mensolidkan keberadaan PSA yang tersebar di seluruh tanah air. Â PSA dapat berperan megkaji manfaat dan memberikan rekomendasi bagi Pemerintah daerah maupun Pemerintah Pusat manfaat berbagai Kerjasama ASEAN baik dibidang ekonomi, politik-keamanan, dan sosial-budaya. Â Hal ini sesuia dengan keragaman fakultas maupun pusat studi tang ada di berbagai kampus. Â Hal ini tentu saja akan mendorong peran serta dan eksistensi kampus mealui PSA baik di tingkat nasional, regional, maupun global.
Melalui tulisan ini, saya menghimbau berbagai perguruan tinggi baik negeri dan swasta, serta perguruan tinggi kedinasan (PTK) untuk mendirikan PSA (sampai saat ini belum satu PTKpun yang memiliki PSA). Â Pendirian PSA sekaligus akan mengajak civitas akademika, baik mahasiswa maupun dosen untuk berperan lebih luas lagi dalam skala regional dan global. Â PSA juga akan mendorong kreativitas civitas akademika untuk berkompetisi di arena yang lebih luas lagi.
Oleh: Benito Rio Avianto
Ahli Ekonomi ASEAN/Analis Kebijakan Ahli Muda, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian/Ketua Dewan MEA Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H