Mohon tunggu...
Benis Rizky Ristoyo
Benis Rizky Ristoyo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa kelas XII MIPA 4 SMA Negeri 1 Waled

setiap orang memiliki kepribadiannya sendiri

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Bingung Memilih, Tantangan Pelajar sebagai Pemilih Pemula

6 Februari 2024   11:05 Diperbarui: 7 Februari 2024   19:54 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Relawan Demokrasi KPU Jakarta Pusat mengadakan sosialisasi kepada pemilih pemula. (Foto: KOMPAS/WAWAN H PRABOWO)

Dalam setiap pemilihan umum, peran pemilih pemula, terutama pelajar, sangat penting untuk menentukan arah demokrasi negara. 

Namun, seringkali, mereka dihadapkan pada berbagai tantangan dan kebingungan dalam menjalankan hak suaranya. Ini menjadi permasalahan yang patut diperhatikan dalam sistem pemilu.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh pelajar sebagai pemilih pemula adalah kurangnya pemahaman tentang politik dan proses pemilihan. 

Kurikulum pendidikan di banyak negara belum sepenuhnya memasukkan pendidikan politik sebagai bagian integral dari kurikulum mereka. 

Akibatnya, banyak pelajar tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang kandidat, partai politik, atau bahkan proses pemilihan itu sendiri.

Di era digital, informasi tersebar dengan cepat, tetapi kebenarannya seringkali meragukan. Pelajar sering kali bingung membedakan antara informasi valid dan yang tidak. 

Berita atau informasi yang palsu dapat mempengaruhi persepsi mereka terhadap kandidat dan platform politik, hal ini sering kali membuat mereka sulit untuk membuat keputusan yang jelas dan akurat.

Pemilih pemula yang menerapkan budaya digital memiliki potensi besar untuk memengaruhi proses demokrasi. Mereka dapat dengan mudah mengakses informasi, berpartisipasi dalam diskusi politik, dan menyebarkan pesan penting melalui platform online. 

Namun, penting untuk dilakukan adalah mengembangkan kemampuan kritis dalam mengevaluasi informasi. Dengan demikian, pemilih pemula dapat menjadi agen perubahan yang berpengaruh dalam kehidupan politik negara mereka. 

"Sebagai pemilih pemula, kita harus menerapkan digital culture, yakni kemampuan membaca dan membangun wawasan kebangsaan, Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika di kehidupan sehari-hari", jelas menurut Amelinda menutup diskusinya yang diambil dari website Fisipol UGM.

Pada usia yang masih muda, pelajar cenderung dipengaruhi oleh pendapat teman sebaya dan keluarga. 

Hal ini dapat mengaburkan kemampuan mereka untuk membuat keputusan yang independen dan berdasarkan pemikiran kritis. Pengaruh dari lingkungan sosial dapat membuat mereka tidak yakin dengan pilihan mereka sendiri.

Sistem pemilu dalam beberapa negara dapat sangat kompleks, terutama bagi pemilih pemula yang belum pernah mengikuti proses pemilihan sebelumnya. 

Berbagai aturan, prosedur, dan sistem perwakilan dapat membingungkan dan mempersulit bagi mereka untuk memahami cara memilih dengan benar.

Kurangnya keterlibatan politik dari pelajar juga merupakan masalah serius. Banyak dari mereka mungkin tidak merasa terhubung dengan isu-isu politik atau merasa bahwa partisipasi mereka tidak akan membuat perbedaan. 

Hal ini dapat mengakibatkan ketidakpedulian terhadap proses pemilihan dan memicu tingkat partisipasi yang rendah.

Untuk mengatasi tantangan ini, pendekatan yang komprehensif diperlukan. Pendidikan politik yang terintegrasi dalam kurikulum sekolah dapat membantu meningkatkan pemahaman pelajar tentang politik dan proses pemilihan. 

Selain itu, kampanye pendidikan pemilih yang melibatkan media sosial, seminar, dan lokakarya dapat membantu memberikan informasi yang akurat dan berguna kepada pemilih pemula. Maka, penting untuk mendorong diskusi terbuka dan kritis tentang politik di antara pelajar. 

Memfasilitasi platform yang mana mereka dapat bertukar pandangan, bertanya pertanyaan, dan memperdebatkan isu-isu politik akan membantu meningkatkan pemahaman mereka dan memperkuat kemampuan mereka untuk membuat keputusan yang informan. 

Melibatkan pelajar dalam kegiatan politik dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk berpartisipasi dalam proses pemilihan lokal dapat membantu meningkatkan rasa memiliki mereka terhadap masyarakat dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya suara mereka. 

Dengan mengatasi tantangan ini dan memberikan pendidikan politik yang memadai, kita dapat membantu mempersiapkan pemilih pemula: termasuk pelajar, untuk mengambil peran aktif dalam menjaga kesehatan demokrasi negara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun