Mohon tunggu...
Beningsukma
Beningsukma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Hobi saya adalah membaca buku dan menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pernahkah Anda Mengenal Istilah Dopamin? Yuk Kenali Lebih Lanjut!

1 Januari 2025   09:15 Diperbarui: 1 Januari 2025   09:16 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hai readers

Sadar nggak sih sejauh ini banyak manusia yang kian addict pada penggunaan handphone

Sebenarnya, hal ini dapat terjadi karena teknologi yang ada pada zaman sekarang sudah semakin canggih. Ditambah adanya peng ugrade an teknologi di segala aspek kehidupan, seperti ekonomi, transportasi, pendidikan hingga ke ranah politik. 

Hal ini tak dapat dipungkiri bahwa zaman sekarang handphone pun sudah menjadi barang yang wajib dimiliki semua orang. Namun, tahukah kamu bahwa terdapat reaksi kimia yang berbahaya apabila terlalu banyak menggunakan handphone dengan kesenangan semata? Ya, dia adalah dopamin alias happy hormone yang mana reaksi kimia atau neutrotransmitter dalam tubuh yang dapat memicu perasaan senang dan puas.  

Nah, positif tapi kok berbahaya sih kak? 

Dopamin ini bekerja layaknya sistem ‘reward’. Jadi, jika tubuh diberi semacam kesenangan entah itu jangka panjang atau pendek maka tubuh akan mengirimkan sinyal antar sel untuk memicu perasaan senang. Nah, pasti semua orang memiliki keinginan untuk mengulang hal yang sama selagi mereka sukai sehingga mereka berasumsi bahwa ‘hal’ tersebut layak untuk dilakukan berulang-ulang kali karena membuat tubuh merasa bahagia.

Tapi, Kenapa dia masih tetap berbahaya kak? 

Dari tayangan yang dapat dilihat pada tautan berikut: [https://youtu.be/9QiE M1LrZk?si=K5SCqnkmCxZBmAKM], kita dapat mengetahui bahwa objek yang apabila diberi kesenangan secara terus menerus dengan ‘mudah’ maka akan lebih mudah menyerah dan malas dalam melakukan hal yang positif namun bersifat membosankan, seperti membaca buku, berolahraga, berjalan kaki untuk jarak dekat dan sebagainya. Hal ini dikarenakan dopamin yang dihasilkan pada kegiatan tersebut bersifat rendah alias low dopamine. Sedangkan, aktivitas yang membuat kita senang seperti mendengarkan musik, menonton film, bermain games, scroll media sosial sampai lupa waktu dan sebagainya bersifat high dopamine dan jika terlalu berlebihan maka menyebabkan tubuh merasa kurang puas dan merangsang tubuh untuk mengulanginya secara terus menerus.    

Kalau gitu apasih dampak buruk dari Dopamine yang berlebihan? 

1. Ketergantungan dan Adiksi 

Saat tubuh menerima sinyal dari Dopamin yang berlebihan maka kita menjadi lebih terbiasa dengan perasaan ‘euphoria’ atau perasaan bahagia yang berlebihan. Hal ini bisa menjadi awal mula dari Ketergantungan. Pada akhirnya, tubuh merangsang stimulus yang lebih kuat untuk merasakan kebahagiaan yang lebih dari sebelumnya dan hal ini dapat berujung pada Adiksi. Contoh nyata dari perilaku diatas yakni pecandu narkoba atau media sosial yang berlebihan. 

2. Merusak Fokus 

Akibat dopamin yang berlebihan maka tubuh menjadi lebih senang dengan kepuasan instan (seperti notif media sosial atau scrolling  tanpa henti). Akibatnya, otak menjadi terbiasa dengan hal yang bersifat ‘mudah’ dan menganggap aktivitas yang membutuhkan usaha lebih (seperti belajar atau bekerja) menjadi kurang menarik dan lebih sering untuk ditunda. 

3. Menurunkan Motivasi dan Produktivitas 

Menurut penelitian dari Harvard Medical School, ketika otak menerima terlalu banyak dopamin, ia bisa menjadi desensitized. Artinya, otak membutuhkan lebih banyak dopamin untuk merasakan hal yang sama bahan lebih sehingga cenderung dapat menghilangkan motivasi dan memilih untuk melakukan hal yang membuat tubuh merasa senang. (Baik, Emily. “Dopamine: What It Is and What It Does.” Harvard Health Blog, 2020.) 

4. Risiko Gangguan Kesehatan Mental 

Beberapa riset menunjukkan adanya hubungan antara kelebihan dopamin dan penyakit mental seperti skizofrenia dan gangguan bipolar. Menurut penelitian, pasien dengan skizofrenia sering kali memiliki kadar dopamin yang berlebihan di beberapa bagian otak. Hal ini dapat menyebabkan munculnya delusi, halusinasi, dan perilaku yang tidak terkontrol. (Howes, O. D., & Kapur, S. “The Dopamine Hypothesis of Schizophrenia: Version III—The Final Common Pathway.” Schizophrenia Bulletin, 2009.) 

5. Pengambilan Keputusan yang Buruk 

Ketika otak sering menerima sinyal dopamin yang berlebihan maka otak kita cenderung lebih sensitif terhadap hal yang berbau ‘reward’. Hal ini mempengaruhi kita dalam aspek pengambilan keputusan, seseorang cenderung mencari keputusan yang dapat meningkatkan ‘rasa puas’ mereka daripada  hal yang bermanfaat dan menuju kearah yang lebih positif. Peristiwa ini sering kali terjadi pada pecandu judi atau perilaku impulsif.

Lalu, Bagaimana Cara Mengatasi Dopamin yang Berlebihan? 

1. Kurangi Hal yang Dapat Memicu Lonjakan dari Dopamin 

  • Gunakan waktu sebaik mungkin (hindari scroll media sosial yang berlebihan). Jika waktu scrolling hingga 6 jam per hari maka dapat dikurangi hingga 3-4 jam sehari atau bahkan hanya sejam per hari. 
  • Know Your Priority, ketahui apa yang menjadi prioritasmu. Lakukan tugas yang lebih penting daripada hanya sekedar duduk dan scroll media sosial. 
  • Ganti aktivitas dengan yang lebih bermanfaat, seperti Mempelajari hal baru, Menulis Journal, Membuat rencana masa depan, dan sebagainya.

2. Olahraga yang Teratur 

Aktivitas fisik membantu menyeimbangkan level dopamin di otak dan bisa meningkatkan mood tanpa menyebabkan ketergantungan. 

3. Mindfulness dan Meditasi 

Mindfulness atau sepenuhnya hadir dalam kondisi saat ini tanpa adanya penghakiman atau seperti halnya merasakan dan memikirkan apa yang sebenarnya sedang kita lakukan dan benar-benar fokus terhadap hal tersebut. Hal ini dapat berupa: 

  • Meditasi, fokus pada pernapasan dan mengamati aliran keluar dan masuknya udara. 
  • Makan dengan penuh kesadaran, merasakan tekstur, rasa, dan aroma dengan tanpa tergesa. \
  • Berjalan dengan kesadaran, fokus pada apa yang sedang ditapaki, jalanan yang dilalui serta memperhatikan sekeliling dengan seksama. 
  • Perhatian pada Pikiran dan Emosi, mengamati pikiran atau emosi yang pernah dilalui atau sedang dilalui tanpa menolak apa yang sedang dirasakan dan dipikirkan  

4. Melakukan Rutinitas Sehat 

  •  Tidur yang cukup dengan waktu 7-8 jam sehari berdasarkan link berikut [Berapa lama tidur yang kita butuhkan? | Dinas Kesehatan] 
  • Mengonsumsi makanan yang sehat 
  • Menjauhi aktivitas yang berdopamin tinggi

Nah, hal diatas bisa menjadi bahan pertimbangan readers

Hal ini bukan berarti untuk melarang penggunaan handphone. Namun, kalian dapat mengurangi nya secara perlahan dan mengubah gaya hidup kalian ke arah yang lebih positif. Jadi, gimana nih masih mau lanjut scroll media sosial atau mengubah gaya hidup kalian? 

Semoga pembahasan diatas dapat membuka ruang refleksi bagi kita semua dan membentuk masa depan dengan gaya hidup yang lebih sehat.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun