Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nasi Goreng "Cerewet"

10 Februari 2023   19:40 Diperbarui: 10 Februari 2023   19:48 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pinterest/Desya Saghir 

Cuaca ekstrim perkiraan BMKG akan terjadi di beberapa wilayah, benar juga. Beberapa hari ini di Pebruari hujan terus mengguyur setelah duhur, bahkan kadang dari pagi sampai sore langit suram alias mendung. 

Fakta dari suasana yang mendung dan dingin adalah rasa ingin mulut ini mengunyah cemilan, ah mana tidak ada tanggal muda di kamus kehidupan ini, perasaan semua tanggal tua. Isshh sedih deh.

Di meja hanya ada nasi yang sudah dingin. Bapak sudah berangkat kerja, tanpa sempat berpamitan denganku karena aku masih meringkuk di bawah selimut.

Gerimis mulai menyapa bumi, hawa dingin semakin membuat nadiku menyempit dan darah serasa beku. Andai ibu masih di sini kehangatan selalu bisa kami rasakan.

Biasanya nasi goreng dan kerupuk sudah siap aku santap tiap kali bangun pagi. Kini garing semua. Bapak juga sepertinya masih hanyut dengan duka mengiringi kepergian Ibu, entah sampai kapan begini.

***

"Buk, apa ada yang bisa dimakan?" Aku selalu merengek bila cacing di perutku meneror tiada henti meski sudah diisi.

"Banyak, itu dalam kulkas, tapi masih mentah ya, mau?" Ibu selalu tidak bercanda bila menjawab pintaku.

Meskipun begitu tak lama pasti akan terhidang seporsi nasi goreng. Kalau akau masih belum puas aku membuat sendiri.

Suatu hari Ibu sedang kambuh pusingnya dan tidak bisa beraktifitas, hanya rebahan di tempat tifur tanpa boleh ada suara berisik bahkan cahaya lampu tak boleh menyala. Aduh suasana rumah yang temaram jadi mengerikan.

Tak ada nasi goreng di atas meja, aku dan Bapak hanya memakan roti beroleskan mentega karena tak berani berisik di dapur, agar ibu segera sembuh, begitulah bila terlalu capek, telat makan campur banyak pikiran. Atau jangan-jangan keseringan main hape malam-malam ya? Entahlah.

Syukur deh paginya Ibu sudah sembuh, wajahnya tak menyeramkan lagi, tidak 'mencureng" menahan cekot-cekot di kepalanya. Seperti biasa aku dan Bapak menunggu nasi goreng tersedia di meja.

"Yuk, Dayuk, sini ibu ajari sesuatu."

Tiba-tiba ibu memanggilku dari arah dapur. Aku pun segera menghampiri.

"Apa sudah jadi Bu?"

"Belum, hari ini ibu ingin nasi goreng buatanmu, seperti yang sudah ibu ajarkan ya."

Ulalaa, ternyata aku yang harus membuatnya. Hla memang kan seharusnya begiti eh begitu sebagai anak yang sudah besar dan mau selalu beramal dengan cara membantu orang tua, minimal membersihkan ruangan atau menyiapakan sarapan.

Dan sekarang aku tertantang untuk membuat sarapan nasi goreng, okeh kalau begitu. Aku pun melancarkan jurus memasak kilat asal cemplang-cemplung dengan ditambah bumbu instan, dan beribu pertanyaan serta aturan yang ibu ucapkan. Maka jadilah "Nasi Goreng Cerewet".

Ternyata Bapak dan Ibu menyukai bahkan dengan nama yang aku beri. 

***

Kini nasi goreng cerewet tinggal kenangan, sebaiknya aku segera sarapan dengan lipatan kisah kemarin yang masih tersimpan dalam pikiran. Biarlah, mungkin nasi goreng cerewet akan berubah menjadi nasi goreng kenangan.

Aku hanya ingin kehangatan itu kembali meski tak sepenuh kala ibu masih di sini.

Nasi goreng yang masih mengepulkan asap ini hampir tiada berasa.

February 2023

swarnahati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun