Cuaca ekstrim perkiraan BMKG akan terjadi di beberapa wilayah, benar juga. Beberapa hari ini di Pebruari hujan terus mengguyur setelah duhur, bahkan kadang dari pagi sampai sore langit suram alias mendung.Â
Fakta dari suasana yang mendung dan dingin adalah rasa ingin mulut ini mengunyah cemilan, ah mana tidak ada tanggal muda di kamus kehidupan ini, perasaan semua tanggal tua. Isshh sedih deh.
Di meja hanya ada nasi yang sudah dingin. Bapak sudah berangkat kerja, tanpa sempat berpamitan denganku karena aku masih meringkuk di bawah selimut.
Gerimis mulai menyapa bumi, hawa dingin semakin membuat nadiku menyempit dan darah serasa beku. Andai ibu masih di sini kehangatan selalu bisa kami rasakan.
Biasanya nasi goreng dan kerupuk sudah siap aku santap tiap kali bangun pagi. Kini garing semua. Bapak juga sepertinya masih hanyut dengan duka mengiringi kepergian Ibu, entah sampai kapan begini.
***
"Buk, apa ada yang bisa dimakan?" Aku selalu merengek bila cacing di perutku meneror tiada henti meski sudah diisi.
"Banyak, itu dalam kulkas, tapi masih mentah ya, mau?" Ibu selalu tidak bercanda bila menjawab pintaku.
Meskipun begitu tak lama pasti akan terhidang seporsi nasi goreng. Kalau akau masih belum puas aku membuat sendiri.
Suatu hari Ibu sedang kambuh pusingnya dan tidak bisa beraktifitas, hanya rebahan di tempat tifur tanpa boleh ada suara berisik bahkan cahaya lampu tak boleh menyala. Aduh suasana rumah yang temaram jadi mengerikan.
Tak ada nasi goreng di atas meja, aku dan Bapak hanya memakan roti beroleskan mentega karena tak berani berisik di dapur, agar ibu segera sembuh, begitulah bila terlalu capek, telat makan campur banyak pikiran. Atau jangan-jangan keseringan main hape malam-malam ya? Entahlah.