Pemuda itu keluar dan mendekati mereka, Sepertinya ada setitik rasa penasaran pada diri pemuda itu pada perempuan muda yang biasa dia lihat duduk di bangku teras rumah. Sekarang dia terlihat ceria bermain layang-layang bersama anak-anak yang sudah bukan sebayanya.
"Whaa hahaaa, aku menang! keok kamu punya layang-layang Ndol."
Perempuan muda itu berteriak kegirangan karena berhasil memutus benang lawannya. Ternyata dia bisa bicara dan tertawa lepas, dikira selama ini dia kenapa-kenapa, orang aneh.
"Tengil, besok giliranku menang, layanganmu akan kutebas." teriak anak-anak kecil itu
Perempuan muda yang dipanggil Tengil itu terbahak dan berkata kalau besok akan hujan lebat.
****
Hari ini pemuda itu masih terkurung di rumah Pak Karso, hujan benar-benar lebat, dia tidak mungkin memerobos untuk pulang, jalanan pasti licin dan air sungai di ujung sana meluap.
Ucapan perempuan muda itu tidak meleset, semoga sebelum senja hujan telah reda, dia hanya memandangi air dari langit yang terjun bebas sambil memasukkan kedua telapak tangannya dalam saku celana.
Pak Karso  mempersilakan masuk, tapi dia menolak, dan menjawab hanya ingin berdiri diluar, sepertinya berusaha berbicara dengan rintik air agar segera berhenti, memberi kesempatan untuk beranjak pergi.
Sebuah suitan terdengar, segera dia menolehkan kepala mencari arah bunyi itu. Perempuan muda yang dipanggil Tengil tersenyum. Pemuda itu memperhatikan gerak geriknya dari rumah Pak Karso, terlihat dia menjulurkan telapak tangan menadah air hujan yang jatuh dari atap teras rumahnya.
Jagoan juga dia pakai suit-suit segala memanggil orang, pikir pemuda itu sambil tersenyum geli. Tanpa disadari air hujan berhenti. Segera dia berpamitan dan melaju pulang sebelum hujan kembali datang.