"Yuhu sejak kapan kucing mau rumput." Siput sudah berada dekat Musi dan Capung, Â seperti biasa dia selalu menggoda Musi. Tak ketinggalan bebek juga mengikuti.
"Kwekwekwek, Â ternyata kamu masih di sini, Â sudah dapat tikus? Jaman sekarang tidak ada kucing yang makan tikus, kwekkwekkwek."
Capung mendekati telinga Musi dan berbisik,"Bermain saja dengan riang, jangan dengarkan ucapan mereka."
"Hore! kolam, Â aku mau bermain air." Bebek pun segera mencebur ke dalam kolam dan menenggelamkan badannya lalu berputar-putar, gembira. Tak disadari seekor ular mengintai dibalik semak.
Musi hanya memandangi binatang yang bisa bermain di darat dan di air itu.
Matanya nyalang saat merasakan akan suatu bahaya mengancam bebek. Diapun berteriak."Naik ke darat, Â cepat!"
Seekor ular melesat ke dalam kolam akan memangsa bebek, Â Bebek begitu ketakutan dan berenang sekuat tenaga ke pinggir kolam. Ular tak kalah gesit dia juga berusaha menangkap mangsanya.
Semua memberi semangat pada bebek agar berlari kencang hingga ke darat. Di atas kolam Musi sudah pasang badan membuat kuda-kuda untuk mengalihkan perhatian ular. Saat bebek sudah naik ke darat Musi langsung menghadang ular. Terjadilah pertarungan sengit antara Musi dan Ular. Bebek, siput, dan capung hanya bisa memandang ketakutan.
Musi terluka kakinya akibat gigitan ular, Â tapi dia bisa melumpuhkan ular itu hingga mati. Digigit dan diseret menjauh dari kolam dilempar ke semak-semak.
Bebek yang sedari tadi gemetar ketakutan takbisa berkata apa-apa. Dia hanya mampu meminta maaf karena sudah ikut mengejek Musi.
"Terima kasih, Musi, kamu memyelamatkanku. Maafkan aku." Bebek menghampiri Musi yang menahan sakit di kakinya.
Siput hanya diam membisu setelah melihat kejadian tadi.
"Musi, Â kamu hebat." Capung memberi semangat, Â sebelum akhirnya terjatuh dan mati.