Cerita fabel ini mengisahkan seekor kucing dan beberapa binatang disekitarnya. Dia mendapat pelajaran berharga setelah bertemu seekor lalat capung.Â
Mari simak ceritanya
>>>>
Langit sudah memerah di ufuk barat pertanda sebentar lagi matahari sudah ke peraduan, Â dan malam mulai menyelimuti belahan bumi ini. Musi masih meringkuk di dalam kardus bekas wadah air mineral tuannya. Tidur yang cukup nanti bangun dan bermain adalah rutinitasn Musi. Hari ini dia terlihat bosan, Â matanya tak terpejam tapi tubuhnya tak ingin bergerak, Â malas.
Di langit mulai berkedip cahaya bintang, Â itu luar biasa ketika musim hujan Tuhan masih memperlihatkan indahnya malam tak berawan. Musi menggeliat, Â sampai molor badannya, lalu menguap lebar. Melompat dari kotak kardus dan berjalan ke luar rumah.
Ada kerlip cahaya di depan matanya. "Ah bintang jatuh, aku melihat bintang jatuh!" dia berteriak pada dirinya sendiri sambil berlari ke arah kerlip cahaya. Seketika dia berhenti manakala kerlip cahaya itu beralih. "Oh, Â bintang bisa terbang, aku ingin menangkapnya."
"Hm, kucing malas itu mengejarku. Aku akan terbang lebih tinggi."
"Apa?! Kau bisa bicara?" Musi segera menghentikan pengejarannya. Dia berdiri memandangi cahaya yang berkedip hinggap pada sebuah daun.
"Bintang, Â Namamu siapa?"
"Aku bukan bintang, Â aku kunang-kunang. Hanya aku binatang yang bercahaya di dunia ini."
"Oh." Musi pun berlalu meninggalkan kunang-kunang, takingin membahas tentang siapa binatang yang bercahaya, Â tapi dia menyayangkan kunang-kunang jumlahnya mulai berkurang., kasihan. Â Musi terus berjalan,mulai jauh meninggalkan rumah.