"Jadi begini,Bapak dan Ibu kedatangan kami ke sini mohon dimaafkan kerena tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, pertama kami ingin bersilaturahmi mempererat persaudaraan bertetangga dan yang ke dua kami hendak meminang putri nya untuk putra kami." Akhirnya Julak bisa meyakinkan orang tuanya untuk meminang YoraÂ
"Terimakasih atas kunjungannya ke gubug kami Ustad, kita sudah bukan orang lain lagi bukan? Tiap lima waktu kita sudah bertemu di Masjid." Semua yang ada di ruang tamu tertawa berderai, kecuali Julak, yang dari tadi gelisah karna Yora tak nampak batang hidungnya (pesek sih).
"Oh iya, yang mau dipinang mana kog tak terlihat?" Kembali Ustad Ropingi membuka percakapan.
"Sebentar lagi datang Ustad, masih keluar sebentar, kami tidak tahu bila akan kedatangan tamu agung dengan maksud mulia, jadi Yora keluar tadi sama Arlina. Sudah saya hubungi untuk segera pulang." Ibu Yora menjawab panjang lebar.
"Semoga kedatangan kami bisa menentramkan kedua keluarga terutama dua remaja yang kasmaran ini." Ustad Ropingi  melanjutkan lagi perbincangan.
"Emmm apa Julak sudah mantab dengan Yora? Apa ndak akan ada pihak lain yang marah atau kecewa?" Ibu Yora menegaskan pertanyaannnya, khawatir dikemudian hari ada yang tidak beres dengan kabar yang sempat terdengar bila pak Ustad akan menjodohkan dengan anak pak lurah.
"In shaa allah Yora pilihan saya bu, cuma tempo hari abi belum tahu." Ibu Yora tersenyum sambil mengangguk.
#####

"Akhirnya kita tetap dekat ya, meski bukan kita yang bersanding, anak-anak kita yang mempererat kedekatan kita."Â
Memerah wajah ibu Yora mendengar suara dari belakang punggungnya saat akan menikmati hidangan ketika tamu sudah agak berkurang.