Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lelaki Berdasi dan Seorang Pelacur

27 Februari 2016   19:08 Diperbarui: 27 Februari 2016   19:30 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana remang-remang ruangan diiringi dentuman musik  

asap rokok mengepul dan berputar-putar bagaikan kabut

orang-orang asyik berdisko melepas penat diri hingga ke pagi

tua-muda, lelaki dan perempuan menyatu di lantai diskotik

 

Lelaki berdasi itu tampak kelelahan, lalu duduk di sofa

menatap ke arah lantai diskotik yang penuh sesak

seorang wanita cantik menghampiri dan merayu-rayunya

lelaki itu tersenyum dan meraih tubuh si pelacur

 

Bagai singa lapar lelaki itu menggerayangi tubuhnya

“Jangan di sini bang, malu dilihat orang,” ujar si pelacur

“Engkau pelacur masih punya rasa malu?” jawabnya

perempuan itu tersentak dan melepaskan diri dari pelukan

 

“Engkau boleh memandangku sebagai perempuan hina

kujual tubuhku kepada siapa saja lelaki yang membutuhkan

tetapi engkau juga bukanlah seorang lelaki yang mulia

engkau sentuh tubuhku yang kotor ini karena engkau kotor!”

 

Pelacur, engkau jual tubuhmu atas nama kesulitan hidup

namun diam-diam engkau menikmatinya, kepuasan dan uang

dengus nafasmu memburu hingga ke liang yang terdalam

di puncaknya, engkau raih kesenangan di atas gamang lelaki!”

 

“Engkau lelaki berjas dan berdasi, siapa dirimu di balik itu?

Duhai kerapuhan yang tersembunyi di balik gemerlap malam

siapa yang tahu dari mana uang yang mengalir ke kantongmu

aku hanyalah hantu yang memangsa habis uang setanmu!”

 

*****

Batam, 2016.

 

Sumber Ilustrasi:

http://i1099.photobucket.com/albums/g391/deekutudrama/yas/yas1/588.jpg

[caption caption="Sumber Ilustrasi: i1099.photobucket.com/albums/g391/deekutudrama/yas/yas1/588.jpg"][/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun