Suasana remang-remang ruangan diiringi dentuman musik
asap rokok mengepul dan berputar-putar bagaikan kabut
orang-orang asyik berdisko melepas penat diri hingga ke pagi
tua-muda, lelaki dan perempuan menyatu di lantai diskotik
Lelaki berdasi itu tampak kelelahan, lalu duduk di sofa
menatap ke arah lantai diskotik yang penuh sesak
seorang wanita cantik menghampiri dan merayu-rayunya
lelaki itu tersenyum dan meraih tubuh si pelacur
Bagai singa lapar lelaki itu menggerayangi tubuhnya
“Jangan di sini bang, malu dilihat orang,” ujar si pelacur
“Engkau pelacur masih punya rasa malu?” jawabnya
perempuan itu tersentak dan melepaskan diri dari pelukan
“Engkau boleh memandangku sebagai perempuan hina
kujual tubuhku kepada siapa saja lelaki yang membutuhkan
tetapi engkau juga bukanlah seorang lelaki yang mulia
engkau sentuh tubuhku yang kotor ini karena engkau kotor!”
“Pelacur, engkau jual tubuhmu atas nama kesulitan hidup
namun diam-diam engkau menikmatinya, kepuasan dan uang
dengus nafasmu memburu hingga ke liang yang terdalam
di puncaknya, engkau raih kesenangan di atas gamang lelaki!”
“Engkau lelaki berjas dan berdasi, siapa dirimu di balik itu?
Duhai kerapuhan yang tersembunyi di balik gemerlap malam
siapa yang tahu dari mana uang yang mengalir ke kantongmu
aku hanyalah hantu yang memangsa habis uang setanmu!”
*****
Batam, 2016.
Sumber Ilustrasi:
http://i1099.photobucket.com/albums/g391/deekutudrama/yas/yas1/588.jpg
[caption caption="Sumber Ilustrasi: i1099.photobucket.com/albums/g391/deekutudrama/yas/yas1/588.jpg"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H