Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Robohnya Pohon Beringin di Kampung Kami

6 Januari 2016   23:29 Diperbarui: 7 Januari 2016   05:13 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kita suruh pergi ke Munas saja,  siapa tahu ada damai di pohon Beringin itu.” ujar Kenthirer Peang.  “Hualaah…kita tebang sajalah pohon itu!” ujarku kesal, masih mengingat mimpi burukku tempo hari.

“Eh..jangan, jangan ditebang. Nanti menimpa rumah-rumah di sekitarnya,” kata ustad JinRu. “Terus keris ini kita apain?” ujarku

“Begini adik-adik, keris ini biar saya yang menyimpannya. Bagaimana setuju nggak?” kata ustad JinRu, sertengah membujuk. “Ya…ambil saja, semoga pak ustad makin bertambah good speech! “ ujar Kenthirer Peang.

Tiba-tiba terdengar suara gedebuum…dari ujung desa.  Kami berlari mendatangi arah dari mana suara itu terdengar.  Ternyata pohon Beringin itu tumbang sendiri, pohonnya belah dua.  Sepotongnya jatuh menimpa istana, dan sepotongnya lagi jatuh masuk ke dalam lumpur Lapindo.

*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun